TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, memperingatkan bahwa dengan kondisi yang ada saat ini, kesetaraan gender diperkirakan baru akan tercapai 300 tahun lagi. Hal ini diungkapkan Guterres menjelang Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret.
“Kemajuan yang diraih selama beberapa dekade menguap di depan mata kita,” kata Guterres saat membuka konferensi penting soal isu perempuan, Komisi Status Perempuan (Commission on the Status of Women atau CSW) pada Senin.
Guterres pada sesi pembukaan mengatakan CSW menjadi semakin penting pada saat hak-hak perempuan “disalahgunakan, diancam, dan dilanggar di seluruh dunia.”
Dia terutama menyoroti kondisi yang sangat mengerikan di Afghanistan yang dikuasai Taliban, di mana “perempuan dan anak perempuan telah dihapus dari kehidupan publik.” “Kemajuan yang dimenangkan selama beberapa dekade menghilang di depan mata kita,” kata Guterres.
Dia juga mengatakan gadis-gadis yang pergi ke sekolah berisiko mengalami penculikan dan penyerangan di banyak tempat, dan dia mengeluh bahwa ada polisi memangsa wanita rentan yang seharusnya mereka lindungi.
“Dari Ukraina hingga Sahel, krisis dan konflik memengaruhi perempuan dan anak perempuan, pertama dan terburuk,” kata Guterres.
Dalam kemunduran lain, katanya, angka kematian ibu meningkat dan dampak COVID-19 memaksa anak perempuan menikah dan membuat mereka tidak bersekolah, sementara ibu dan pengasuh tidak mendapat pekerjaan berbayar.
Pertemuan tersebut akan membahas bagaimana meningkatkan kehidupan perempuan di seluruh dunia. CSW ini merupakan yang pertama diadakan secara langsung sejak pandemi COVID-19 melanda.
CSW diperkirakan akan menarik lebih dari 4.000 menteri pemerintah, diplomat dan anggota masyarakat sipil pada pertemuan tahunan yang berlangsung selama dua minggu.
Tema pertemuan pada tahun ini adalah “Inovasi dan perubahan teknologi, dan pendidikan pada era digital untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan.”
Konferensi dan belasan acara sampingannya akan membahas bagaimana kurangnya akses yang tidak proporsional pada internet menghambat perempuan dan anak perempuan secara global.
“Tiga miliar orang masih belum terhubung ke internet, sebagian besar adalah perempuan dan anak perempuan di negara-negara berkembang,” kata Guterres. “Di negara kurang berkembang, hanya 19 persen perempuan yang bisa mengakses internet.”
Secara global, PBB mengatakan jumlah laki-laki yang bekerja di industri teknologi melebihi jumlah perempuan, dengan perbandingan 2 banding 1. Sementara itu, hanya 28 persen lulusan teknik dan 22 persen pekerja di sektor kecerdasan buatan (AI) adalah perempuan. Selain itu juga terdapat kesenjangan upah berdasarkan gender yang signifikan sebesar 21 persen.
Pilihan Editor: PBB: Kebijakan Taliban terhadap Perempuan Berpotensi Tindak Kejahatan Kemanusiaan
CHANNEL NEWSASIA