TEMPO.CO, Jakarta - Iran kembali mengancam akan menegakkan aturan hukum yang ketat terhadap wanita yang menolak berpakaian sesuai syariat Islam. "Wanita yang melanggar aturan berpakaian Islami akan dihukum", kata Ketua Majelis Hakim Iran Gholamhossein Mohseni Ejei, Selasa, 7 Maret 2023. Pernyataannya itu menegaskan kembali undang-undang tersebut setelah berbulan-bulan kerusuhan yang membawa tindakan kekerasan mematikan.
"Melepas jilbab sama dengan menunjukkan permusuhan terhadap Republik Islam dan nilai-nilainya. Orang yang terlibat dalam tindakan tidak normal seperti itu akan dihukum," kata Ejei kepada Kantor Berita Republik Islam (IRNA) milik pemerintah. Dengan bantuan peradilan dan eksekutif, pihak berwenang akan menggunakan semua cara untuk menangani orang-orang yang bekerja sama dengan musuh dan melakukan dosa yang merusak ketertiban umum.
Demonstrasi besar-besaran terjadi di Iran setelah wanita Kurdi Mahsa Amini tewas saat berada dalam tahanan polisi. Mahsa Amini dinilai melanggar kode etik berpakaian. Pada September kematian Amini memicu protes nasional yang menjadi salah satu tantangan terberat bagi teokratis sejak didirikan pada tahun 1979.
Tetapi Republik Islam di bawah Ayatollah Ali Khamenei tetap teguh. Pemimpin tertinggi Iran memerintahkan pasukan keamanannya untuk menindak kerusuhan secara brutal.
Komando Penegakan Hukum Republik Islam Iran mengklaim Mahsa Amini mengalami serangan jantung di kantor polisi, pingsan, dan jatuh koma sebelum dipindahkan ke rumah sakit. Tetapi saksi mata menyatakan dia dipukuli dengan kejam dan meninggal akibat kebrutalan polisi.
Kasus ini menyoroti perlakuan negara terhadap wanita. Semakin banyak wanita Iran memilih untuk melanggar hukum berbasis syariah untuk mengenakan jilbab.
Demonstran memotong dan membakar penutup kepala mereka sambil meneriakkan slogan-slogan anti-Khamini dalam protes anti-pemerintah terlama di Iran sejak revolusi Islam 1979. Tapi rezim Khameini masih tegak berdiri. Ratusan pemrotes tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan dan ribuan lainnya ditahan.
REUTERS | DAILY MAIL
Pilihan Editor: Memanas, Grup Wagner Dilarang Masuki Markas Militer Rusia di Ukraina