TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Yunani menahan seorang pegawai kereta api. Penahanannya dilakukan sembari menunggu persidangan buntut kecelakaan kereta yang menewaskan sedikitnya 57 orang.
Identitas lengkap pegawai yang ditahan itu tidak dipublikasi berdasarkan hukum Yunani. Hanya disebutkan laki-laki, 59 tahun dan penahanan dilakukan pada Minggu, 5 Maret 2023. Laki-laki itu diduga kuat adalah kepala stasiun di pusat kota Larissa, tempat terjadinya kecelakaan kereta api.
Baca Juga:
Penahanan dilakukan setelah terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di ibu kota Athena. Mereka yang berunjuk rasa menyoroti peraturan keselamatan yang lebih baik setelah tabrakan antara kereta penumpang dan pengangkut barang di rute Athena-Thessaloniki pada 28 Februari malam.
Pegawai kereta itu menghadapi sejumlah tuduhan, di antaranya mengganggu transportasi dan membahayakan nyawa. Surat kabar eKathimerini mewartakan harga yang harus dibayar karena membahayakan keselamatan dalam bertransportasi adalah hukuman seumur hidup.
"Sekitar 20 menit (momen penting terjadinya kecelakaan), dia sosok yang bertanggung jawab atas keselamatan seluruh warga Yunani tengah, namun dia sekarang menjadi orang yang dikutuki," kata pengacaranya Stefanos Pantzartzidis.
Pantzartzidis sebelumnya mengatakan kliennya sangat terpukul. Kliennya juga merasa memikul tanggung jawab yang tak sebanding karena ada faktor lain yang juga berperan (tanpa menjelaskan lebih lanjut).
Pekerja kereta api yang ditahan itu mengatakan jaringan rel kereta Yunani telah berderit di bawah pemotongan biaya, kurangnya investasi, hingga warisan krisis utang Yunani yang melemahkan dari 2010 hingga 2018.
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, yang menyalahkan kecelakaan itu karena kesalahan manusia (human error), mengakui pengabaian selama puluhan tahun bisa saja menyebabkan bencana tersebut.
"Sebagai perdana menteri saya berutang kepada semua orang, terutama anggota keluarga korban dan permintaan maaf," tulisnya di akun Facebook-nya. "Keadilan akan segera menyelidiki tragedi itu dan menentukan kewajiban."
Serikat pekerja kereta api Yunani mengatakan sistem keselamatan di seluruh jaringan kereta api sudah rusak bertahun-tahun karena sistem pengawasan dan pensinyalan jarak jauh tidak dikirimkan tepat waktu. Mereka telah meminta pemerintah untuk memberikan jadwal pelaksanaan protokol keselamatan.
Perdana Menteri Mitsotakis mengatakan jika ada sistem jarak jauh, dalam praktiknya, kecelakaan itu tidak mungkin terjadi.
Di Athena, sekitar 10 ribu orang berkumpul di lapangan terbuka di depan parlemen pada Minggu, 5 Maret 2022, untuk mengungkapkan simpati atas hilangnya nyawa dan menuntut standar keamanan yang lebih baik di jaringan kereta Yunani
"Kejahatan itu tidak akan dilupakan," teriak pengunjuk rasa saat mereka melepaskan balon hitam ke langit.
Banyak dari korban kecelakaan adalah pelajar yang kembali dari liburan akhir pekan. Setidaknya sembilan anak muda yang kuliah di Universitas Aristoteles Thessaloniki di antara korban tewas.
Unjuk rasa di Athena ini dengan cepat berubah menjadi kekerasan. Aparat kepolisian menuduh para demonstran membakar tempat sampah dan melempar bom molotov. Polisi membalasnya dengan menembakkan gas air mata dan granat kejut untuk membersihkan alun-alun. Tujuh petugas dilaporkan luka-luka, sementara lima orang sudah ditahan.
Fatima Asni Soares | Aljazeera
Pilihan Editor: Rencana Impor KRL Bekas, Pengamat: Usianya Nggak Bisa Panjang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.