TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat menyetujui rencana penjualan senjata baru senilai US$ 619 juta ke Taiwan. Senjata yang akan dikirimkan termasuk rudal untuk armada jet tempur F-16, karena pulau itu melaporkan hari kedua serangan angkatan udara Cina skala besar di dekatnya.
Pentagon mengatakan pada Rabu, 1 Maret 2023, bahwa Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan senjata dan peralatan ke Taiwan yang mencakup 200 Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM) anti-pesawat dan 100 rudal AGM-88B HARM yang dapat menyerang daratan.
"Penjualan yang diusulkan akan berkontribusi pada kemampuan Taiwan untuk menyediakan pertahanan wilayah udara, keamanan regional dan interoperabilitas dengan Amerika Serikat," katanya dalam sebuah pernyataan.
Hal senada juga disampaikan oleh Kementerian pertahanan Taiwan. Menurutnya, rudal itu akan membantu mempertahankan wilayah udara untuk menghadapi ancaman dan provokasi dari militer Cina. Raytheon Technologies dan Lockheed Martin adalah kontraktor utama. China telah memberikan sanksi kepada kedua perusahaan karena menjual senjata ke Taiwan.
Profil F-16, Jet Tempur Legendaris Amerika Serikat
Jet Tempur F-16 adalah salah satu jet tempur legendaris buatan Amerika Serikat. Pada 49 tahun silam, tepatnya 2 Februari 1974, F-16 Fighting Falcon terbang untuk pertama kalinya secara resmi. Jet tempur ini telah digunakan oleh 28 negara dan per Juni 2018 telah mencapai angka produksi 4.604.
Mengutip buku The World’s Air Forces, sejarah F-16 bermula dari usulan konsep pesawat tempur ringan berteknologi mumpuni namun efektif dalam bermanuver oleh Kolonel John Boyd bersama dengan sekelompok insinyur dan analis pertahanan dari Angkatan Udara dan Departemen Pertahanan AS merespons kebutuhan militer saat itu pada awal 1970-an.
Usulan mereka lalu disusun lebih lanjut melalui program bernama Lightweight fighter (LWF). Dimulai pada Mei 1971, program ini didukung dari Kongres Amerika Serikat dengan sokongan dana senilai 50 juta Dolar AS. Program LWF kemudian berganti nama menjadi Air Combat Fighter (ACF) karena empat negara NATO yakni Belgia, Belanda, dan Denmark ingin memesannya.