TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Rusia pada Selasa, 28 Februari 2023, meningkatkan tekanan mereka setelah seminggu penuh mengepung kota Bakhmut di Ukraina timur, sehingga membuat situasi "sangat tegang".
Pasukan Rusia, termasuk tentara bayaran dari Grup Wagner, mencoba memotong jalur pasokan para pejuang Ukraina ke kota, yang menjadi pusat pertempuran paling berdarah dalam perang.
Jika berhasil memaksa pasukan Ukraina meninggalkan Bakhmut, ini akan menjadi haduiah besar pertama bagi Rusia dalam lebih dari setengah tahun dan membuka jalan untuk merebut pusat kota terakhir yang tersisa di wilayah Donetsk, yang diklaim Moskow telah dianeksasi bersama dengan tiga wilayah Ukraina lainnya.
"Meskipun mengalami kerugian signifikan, musuh mengerahkan unit penyerang Wagner yang paling siap, dengan mencoba menerobos pertahanan pasukan kami dan mengepung kota," kata Kolonel Ukraina, Oleksandr Syrskyi seperti dikutip di platform pengiriman pesan militer.
Kantor berita RIA Rusia merilis klip video yang diklaim sebagai jet tempur Su-25 Rusia menderu-deru di atas Bakhmut. "Kami senang mereka milik kami," kata seorang pria dalam klip yang diidentifikasi sebagai tentara Wagner, menambahkan jet membantu mereka "secara psikologis".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menggambarkan Bakhmut sebagai "benteng kami" yang harus dipertahankan sampai akhir, mengatakan dalam pidato radio malamnya bahwa pasukan Rusia "terus-menerus menghancurkan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk melindungi posisi kami sebagai benteng dan pertahanan".
Militer Ukraina mengatakan Rusia juga menembaki pemukiman di sekitar Bakhmut, yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 70.000 tetapi sekarang berada dalam reruntuhan setelah berbulan-bulan menjadi ajang perang.
"Selama beberapa hari terakhir, tentara kami menangkis lebih dari 60 serangan musuh," kata militer Ukraina pada Selasa pagi mengacu pada Bakhmut dan daerah timur terdekat, menambahkan bahwa pasukan Ukraina telah menangkis serangan Rusia di desa Yadhidne dan Berkhivka, di pendekatan utara. ke Bakhmut.
Analis militer Ukraina Oleh Zhdanov mengatakan bahwa pasukan Rusia telah membuat celah di antara desa-desa itu.
"Bagian selatan Bakhmut adalah satu-satunya daerah yang dapat digambarkan berada di bawah kendali Ukraina. Di semua distrik lain, situasinya tidak dapat diprediksi... Tidak mungkin untuk mengatakan di mana letak garis depan," katanya dalam komentar video.
Tentara Ukraina di wilayah Donetsk berjongkok di parit berlumpur setelah cuaca yang lebih hangat mencairkan tanah beku.
"Kedua belah pihak tetap pada posisinya, karena seperti yang Anda lihat, musim semi berarti lumpur. Jadi, tidak mungkin untuk bergerak maju," kata Mykola, 59 tahun, komandan peluncur roket garis depan Ukraina, sambil melihat layar tablet untuk koordinat tembakan.
Masuknya musim semi dan cairnya salju, yang dikenal sebagai "rasputitsa", menjadi hambatan bagi Rusia, karena mengubah jalan menjadi sungai dan ladang menjadi rawa.
Reuters melaporkan beberapa kendaraan militer terjebak dalam lumpur. Di parit zigzag, Volodymyr, seorang komandan peleton berusia 25 tahun, mengatakan anak buahnya siap beroperasi dalam cuaca apa pun.
"Saat kita diberi target, itu artinya kita harus menghancurkannya."
Rusia, yang mendapat tambahan ratusan ribu wajib militer, mengintensifkan serangannya tepat di sepanjang front timur tetapi harus dibayar mahal, kata Ukraina.
Moskow mengatakan pasukannya telah menghancurkan depot amunisi Ukraina di dekat Bakhmut dan menembak jatuh roket buatan AS dan drone Ukraina.
Kementerian pertahanan Rusia, tanpa memberikan bukti, mengatakan Amerika Serikat sedang merencanakan provokasi di Ukraina menggunakan bahan kimia beracun. Tidak ada tanggapan langsung dari AS.
Pilihan editor Misi Tim Medis Darurat Indonesia di Turki Berakhir, Rumah Sakit Lapangan Disumbangkan
REUTERS