TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria bersenjata Palestina membunuh dua warga Israel bersaudara ketika mereka sedang berkendara di wilayah Tepi Barat yang diduduki, Minggu, 26 Februari 2023, memicu serangan balasan dari para pemukim Israel ke rumah-rumah dan mobil-mobil yang menewaskan satu orang Palestina.
Kedua peristiwa ini terjadi di saat pembicaraan damai antara Israel dan Palestina yang dimediasi Yordania dan disponsori Amerika Serikat berlangsung. Pembicaraan ini mengeluarkan sebuah pernyataan bersama untuk menurunkan ketegangan.
Belum ada klaim tanggung jawab untuk serangan Palestina, yang terjadi ketika para pejabat Israel dan Palestina bertemu di Yordania untuk membicarakan cara menurunkan ketegangan.
Militer Israel mengatakan pria bersenjata itu datang ke sebuah perempatan “dan menembaki sebuah kendaraan Israel”.
Dua korban jiwa dekat Hawara, sebuah wilayah yang menyaksikan pergesekan rutin warga Palestina dan para pemukim, adalah dua bersaudara dari Har Bracha, sebuah permukiman Yahudi berjarak 8 km. Salah satunya seorang tentara dalam sebuah program mahasiswa seminari Yahudi.
Setelah penembakan, warga Palestina melaporkan orang-orang Israel dari permukiman di sekitar menyerang rumah-rumah Palestina di area itu.
Ghassan Daghlas, seorang pejabat yang bertanggung jawab untuk aktivitas-aktivitas anti-permukiman, mengatakan beberapa rumah warga Palestina dan 15 mobil dibakar.
Seorang Palestina berusia 37 tahun ditembak mati oleh seorang pemukim Israel, kata pejabat Palestina. Militer Israel yang beroperasi di wilayah itu, tidak segera berkomentar.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan ia menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas serangan-serangan itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan para tentara mengejar penyerang, dan militer mengatakan mereka telah memblokade wilayah itu.
“Saya minta, bahkan ketika darah mendidih, untuk tidak main hakim sendiri. Saya minta IDF dan pasukan keamanan diizinkan untuk melakukan pekerjaan mereka,” kata Netanyahu.
Utusan Uni Eropa untuk Timur Tengah Sven Koopmans mengatakan dia "khawatir dengan meningkatnya kekerasan" dan meminta semua pihak berwenang untuk "bertindak untuk segera mengakhiri pertumpahan darah dan impunitas dan mencegah kerugian lebih lanjut".
REUTERS
Pilihan Editor: Geger Mutilasi Abby Choi, Ini Fakta Pembunuhan Sosialita Hong Kong Itu