TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mengumumkan bantuan bernilai 10 miliar dolar atau Rp152,6 triliun untuk Ukraina, termasuk $250 juta untuk menopang infrastruktur energi negara itu dalam menghadapi serangan Rusia.
AS juga akan memberikan $300 juta atau Rp4,5 triliun untuk Moldova, sebagian untuk membantu negara itu melepaskan diri dari ketergantungan energi pada Rusia.
"Dana ini akan membantu menjaga agar sekolah tetap buka, generator listrik untuk rumah sakit tetap beroperasi, dan menjaga agar rumah dan tempat berlindung di seluruh Ukraina tetap hangat," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken tentang uang untuk infrastruktur energi Ukraina, Jumat, 24 Februari 2023.
Ia mengatakan 9,9 miliar dolar dalam bentuk pembiayaan hibah juga akan disalurkan ke Ukraina melalui proyek Pengeluaran Publik Bank Dunia untuk Ketahanan Kapasitas Administratif.
"Dana ini sangat penting bagi Ukraina karena mempertahankan diri melawan Rusia dan memastikan pemerintah Ukraina dapat terus memenuhi kebutuhan kritis warganya, termasuk layanan kesehatan, pendidikan, dan darurat," kata Blinken.
Puluhan ribu warga sipil dan tentara Ukraina di telah tewas dan jutaan orang telah meninggalkan rumah mereka sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022, yang memicu perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Bantuan untuk Moldova termasuk $80 juta dalam dukungan anggaran untuk mengimbangi harga listrik yang tinggi, $135 juta untuk proyek pembangkit tenaga listrik, dan $85 juta untuk meningkatkan kemampuan Moldova mendapatkan pasokan energi dari sumber alternatif, menurut draf dokumen.
"Bantuan ini akan membantu Moldova mengatasi kebutuhan mendesak yang diciptakan oleh perang Putin, sementara juga membangun ketahanan energi jangka panjang dan interkoneksi yang lebih kuat dengan Eropa," kata draf dokumen tersebut.
Moldova, bekas republik Soviet berpenduduk 2,5 juta orang yang bertetangga dengan Ukraina di barat, adalah salah satu negara termiskin di Eropa dan secara tradisional sangat bergantung pada gas Rusia.
Pilihan editor Moldova, Terjebak antara Rusia dan Barat
REUTERS