TEMPO Interaktif, Shah Alam: Dua polisi Malaysia yang membunuh model asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu, divonis gantung. Kematian Altantuya itu menguak skandal seks dan tuduhan komisi jual beli senjata yang menyeret nama perdana menteri baru Malaysia, Najib Razak.
Dua polisi dari kesatuan elit itu, Inspektur Kepala Azilah Hadri dan Kopral Sirul Azhar Umar, divonis pengadilan si Shah Alam, Selangor, Malaysia, pada Kamis (9/4).
Baca Juga:
Mereka berdua--yang tugas resminya menjadi pengawal Najib Razak yang saat itu menjadi menteri pertahanan-- membunuh setelah diminta "menetralkan" Altantuya karena merecoki rumah Abdul Razak Baginda, seorang tangan kanan Najib, pada 2006.
Abdul Razak, yang menyatakan Altantuya merecoki rumahnya untuk minta uang karena diputus setelah menjalin hubungan gelap selama setahun, sudah dibebaskan dari dakwaan pengadilan. Begitu pula Najib Razak, setelah bersaksi di pengadilan, sudah dinyatakan tidak terlibat pembunuhan.
Tapi isu yang beredar bukan hanya soal skandal seks kelas tinggi Malaysia. Kabar berikutnya yang muncul bahwa Altantuya tidak meminta uang karena diputus dari Abdul Razak. Ia meminta uang bagian komisi yang diterima Abdul Razak dari perusahaan pembuat kapal selam Prancis. Pabrik kapal selam itu mengirim uang karena Malaysia membeli produk mereka.
Baca Juga:
Dalam pemilihan umum Malaysia tahun lalu, isu Altantuya ini cukup dominan. Pihak oposisi terus mengipasi hingga sekarang, apalagi setelah Najib Razak pekan lalu menggantikan Abdullah Badawi sebagai perdana menteri.
Dalam sidang, yang panjangnya sampai 159 hari, Hakim Tinggi Zaki Yasin mengatakan pembelaan kedua polisi itu "tidak bisa dipercaya". Mereka, kata Zaki, "Saling menyalahkan."
Para terdakwa itu tidak bereaksi apapun saat vonis dijatuhkan. Pengacara mengatakan akan mengajukan banding.
Dalam sidang-sidang sebelumnya, Azilah mengakui membawa Altantuya dari rumah Abdul Razak tapi kemudian menyerahkan kepada Sirul. Sedang Sirul, yang menolak disumpah, menyatakan ia tidak bersalah. "Saya hanya kambing hitam yang dikorbankan untuk menutupi niat buruk mereka yang tidak ada di pengadilan ini," katanya.
Pihak keluarga Altantuya tidak puas dengan vonis ini karena hanya dua polisi yang dijadikan sasaran dengan mengisyaratkan keterlibatan para pejabat tinggi Malaysia.
"Masyarakat internasional tidakbisa menerima bahwa hanya dua orang itu yang bertanggung jawab," kata pengacara keluarga Altantuya. "Ini bukan berarti jalannya sudah berakhir."
AP/NURKHOIRI