TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Rusia yang dipenjara, Alexei Navalny mengatakan pada Senin, 20 Februari 2023 bahwa pasukan Moskow telah melakukan kejahatan perang di Ukraina dan dia menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menghancurkan masa depan Rusia demi ambisi pribadinya sendiri.
Dalam sebuah postingan di media sosial menjelang peringatan satu tahun invasi Ukraina pada 24 Februari 2023, Navalny mengatakan Rusia telah mencapai titik terendahnya dan hanya dapat pulih setelah "kediktatoran Putin" diakhiri dan Moskow bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan selama perang di Kyiv.
“Puluhan ribu orang Ukraina yang tidak bersalah telah dibunuh dan rasa sakit serta penderitaan menimpa jutaan lainnya. Kejahatan perang telah dilakukan,” kata Navalny melalui Twitter yang dikelola oleh rekan-rekannya, di mana dia juga menyerukan penyelidikan internasional atas tuduhan kekejaman.
Navalny menjalani hukuman penjara di Rusia atas tuduhan penipuan sebagai pembalasan politik atas tahun-tahun yang dihabiskannya untuk mencerca Kremlin.
Dia terus berbicara menentang Putin dari penjara. Bulan ini dia mengatakan dia telah dipindahkan ke penjara yang lebih keras selama enam bulan ke depan.
“Alasan sebenarnya dari perang ini adalah masalah politik dan ekonomi di Rusia, keinginan Putin untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara apa pun, dan obsesinya terhadap warisan sejarahnya sendiri. Dia ingin tercatat dalam sejarah sebagai 'tsar penakluk'...," kata Navalny dalam cuitan, Senin.
Dia mengatakan kekalahan Rusia di medan perang "tak terhindarkan", dan bahwa Moskow harus menarik pasukannya dari Ukraina dan mengakui perbatasannya seperti yang ditetapkan pada tahun 1991 setelah jatuhnya Uni Soviet.
Itu akan mencakup semenanjung Krimea yang dianeksasi. Meski demikian, Navalny, yang telah dikritik di masa lalu karena pernyataan ambigu mengenai posisinya dalam aneksasi Moskow tahun 2014, tidak secara eksplisit menyebut Krimea dalam postingannya.