TEMPO.CO, Jakarta - Korban tewas akibat runtuhnya tambang batu bara di wilayah Mongolia Dalam, China, naik menjadi sedikitnya empat orang pada Kamis 23 Februari 2023, dengan enam luka-luka dan 49 orang masih terjebak, lapor media pemerintah CCTV.
Tambang terbuka runtuh pada Rabu di Alxa League yang dioperasikan oleh Xinjing Coal Mining Co. Insiden ini menyebabkan tumpukan puing dengan lebar sekitar 500 meter dan diperkirakan setinggi 80 meter.
"Saya baru saja mulai bekerja pada Rabu pukul 13:15 siang ketika menyadari ada bebatuan yang berjatuhan dari gunung," kata seorang penambang yang dirawat di rumah sakit kepada CCTV, Kamis.
"Saya melihat situasinya semakin serius, dan evakuasi telah diatur, tetapi sudah terlambat, bukit itu runtuh begitu saja."
Sekitar 300 personel pemadam kebakaran, 60 mobil pemadam kebakaran, 6 anjing pencari dan penyelamat berada di tempat kejadian pada Kamis untuk membantu pencarian para penambang yang terjebak, kata media pemerintah.
Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pada Rabu malam enam bahwa orang yang terluka telah diselamatkan. Mereka juga mengirim 15 ambulans dan 45 staf medis untuk membantu penyelamatan.
Presiden Xi Jinping pada Rabu memerintahkan upaya pencarian dan penyelamatan, media pemerintah melaporkan, meskipun tanah longsor kedua pada malam hari menghambat pekerjaan untuk menemukan korban selamat.
"Kita harus melakukan segala upaya untuk menyelamatkan orang hilang dan merawat yang terluka," kata Xi.
Perdana Menteri Li Keqiang juga menuntut penyelidikan cepat atas penyebab keruntuhan itu.
Batubara adalah sumber energi utama di China, tetapi tambangnya termasuk yang paling mematikan di dunia. Sebagian besar karena penegakan standar keselamatan yang lemah, meskipun pemerintah berulang kali memerintahkan peningkatan keselamatan selama bertahun-tahun.
Tambang China juga telah mencoba untuk meningkatkan produksi selama setahun terakhir di bawah seruan pemerintah untuk pasokan yang lebih besar dan harga yang stabil. Mongolia Dalam adalah wilayah penghasil batu bara terbesar di negara itu.
Tambang bawah tanah batu bara diubah menjadi tambang terbuka pada 2012, menurut media pemerintah. Proses itu telah menghentikan produksi selama tiga tahun sebelum memulai kembali pada April 2021, kata media pemerintah.
Pilihan Editor: 18 Orang Tewas Terjebak di Area Pertambangan Batu Bara di Cina
REUTERS