TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa bagian Selandia Baru yang diluluhlantakkan badai kemungkinan akan kembali didera hujan deras mulai Kamis, 23 Februari 2023. Sementara itu, upaya-upaya pertolongan dan pemulihan masih terus berlanjut dan puluhan ribu orang tetap hidup tanpa listrik setelah badai Gabrielle menghancurkan seluruh North Island pekan lalu.
Badai yang menyapu kawasan paling utara North Island, 12 Februari 2023, dan melewati pantai timur, telah menyebabkan kehancuran meluas, dan menewaskan sekurangnya 11 orang. Perdana Menteri Chris Hipkins menyebut Gabrielle sebagai bencana terbesar Selandia Baru abad ini.
Wilayah-wilayah timur laut yang paling terpukul, di mana 13.000 orang belum menikmati listrik dan 1.300 orang masih di tempat penampungan, harus bersiap menghadapi hujan deras lagi mulai Kamis. Kantor cuaca Metservice memperingatkan ada hampir satu dari dua kemungkinan tingkat berbahaya jatuh pada hari Jumat dan Sabtu.
Cuaca buruk kembali ke wilayah-wilayah yang rusak parah, termasuk Hawke's Bay dan Gisborne saat polisi berusaha menemukan sekitar 1.100 orang yang didata belum dapat dihubungi. Polisi mengatakan, Senin, mereka memperkirakan sebagian besar dilaporkan selamat begitu telekomunikasi pulih sepenuhnya.
Pemulihan badai sangat menonjol di saat Hipkins memaparkan agenda kebijakan pemerintahnya dalam pidato pertamanya di DPR sebagai perdana menteri dan kurang dari delapan bulan sebelum pemilihan.
Hipkins mengatakan rencana untuk membangun kembali infrastruktur yang rusak parah dan komunitas-komunitas akan berlangsung dalam beberapa pekan, sehari setelah menteri keuangan menyebutkan ongkos pemulihan bisa menyamai NZ$13,5 miliar (sekitar Rp 127 triliun) yang terjadi setelah gempa bumi Christchurch 2011.
“Dalam pekan-pekan mendatang, kami akan mengatakan lebih banyak tentang rencana untuk membangun kembali. “Untuk sekarang, harus puas mengatakan bahwa kami akan melakukan apa pun itu. Kami berdiri bersama warga Selandia Baru saat kita pemulihan. Anda tidak sendiri. Kami mendukung Anda dan membangun kembali.”
REUTERS
Pilihan Editor: Menlu China Sebut Ada Penyulut Api Konflik Ukraina, Sindir Amerika Serikat?