TEMPO.CO, Jakarta - Badan amal medis Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan konvoi 14 truknya telah memasuki Suriah barat laut pada Minggu, 19 Februari 2023, untuk membantu operasi penyelamatan gempa. Selama ini muncul kekhawatiran korban tak tertangani dengan baik karena kurangnya akses ke daerah yang dilanda perang.
Program Pangan Dunia PBB atau WFP telah menekan pihak berwenang di wilayah Suriah untuk berhenti memblokir akses demi bisa membantu ratusan ribu orang setelah gempa dahsyat 6 Februari lalu.
Berbicara kepada Reuters di sela-sela Konferensi Keamanan Munich pada hari Sabtu, Direktur WFP David Beasley mengatakan pemerintah Suriah dan Turki telah bekerja sama dengan sangat baik, tetapi operasinya terhambat di barat laut Suriah.
Badan itu pekan lalu mengatakan kehabisan stok di sana dan menyerukan lebih banyak penyeberangan perbatasan dibuka dari Turki.
Suriah telah hancur selama satu dekade perang saudara, sebagian besar korban jiwa terjadi di barat laut. Daerah tersebut dikendalikan oleh pemberontak yang berperang dengan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad sehingga mempersulit upaya untuk memberikan bantuan kepada korban gempa.
Sementara itu, upaya penyelamatan di Turki mereda pada hari Minggu, banyak yang berdoa agar jenazah korban ditemukan
"Maukah Anda berdoa untuk menemukan mayat? Kami lakukan ... untuk mengantarkan jenazah ke keluarga," kata operator buldoser Akin Bozkurt saat mesinnya mencakar puing-puing bangunan yang hancur di kota Kahramanmaras.
"Anda menemukan tubuh dari puing-puing berton-ton. Keluarga menunggu dengan harapan," kata Bozkurt. "Mereka ingin mengadakan upacara penguburan. Mereka menginginkan kuburan."
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Turki pada hari Minggu untuk kunjungan resmi dan diskusi tentang bagaimana Washington dapat lebih jauh membantu Ankara saat menghadapi akibat dari tragedi yang menghancurkan.
Gempa berkekuatan 7,8 SR yang melanda tenggara Turki dan tetangganya Suriah telah menewaskan lebih dari 46.000 orang dan menyebabkan setidaknya satu juta orang kehilangan tempat tinggal, dengan kerugian ekonomi dari bencana tersebut diperkirakan mencapai miliaran dolar.
Kepala Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), Yunus Sezer, mengatakan upaya pencarian dan penyelamatan sebagian besar akan berakhir pada Minggu malam.
Jumlah korban diperkirakan akan bertambah, dengan sekitar 345.000 apartemen di Turki diketahui telah hancur dan banyak orang masih hilang.
Baik Turki maupun Suriah tidak mengatakan berapa banyak orang yang masih belum ditemukan.
Dalam salah satu upaya terakhir untuk menarik orang keluar dari reruntuhan 12 hari setelah gempa, tim darurat pada Sabtu malam mulai membersihkan puing-puing dengan tangan mereka di satu lokasi di Antakya.
Anjing pencari dan kamera termal telah mendeteksi tanda-tanda kehidupan dari dua orang, kata tim penyelamat. Tapi tepat setelah tengah malam, delapan jam setelah operasi, tim membatalkan penyelamatan.
"Tidak ada yang hidup," kata Mujdat Erdogan, anggota AFAD, wajah dan seragamnya tertutup debu. "Kurasa kita tidak bisa menyelamatkan orang lagi."
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 26 juta orang di Turki dan Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Pilihan editor: Israel Serang Damaskus Dua Minggu Setelah Gempa Suriah
REUTERS | FATIMA ASNI SOARES