TEMPO.CO, Jakarta - China mengumumkan "kemenangan" atas pandemi Covid-19 dengan mengklaim tingkat kematiannya terendah di dunia. Namun para ahli mempertanyakan data Beijing ketika virus korona menyebar ke seluruh negeri setelah negara itu mencabut kebijakan nol-Covid yang diberlakukan sec ara ketat selama tiga tahun.
China tiba-tiba mengakhiri kebijakan nol-Covid pada awal Desember 2022, dengan 80% dari 1,4 miliar populasinya terinfeksi, kata seorang ilmuwan pemerintah terkemuka bulan lalu.
Meskipun ada laporan luas tentang bangsal rumah sakit dan kamar mayat yang penuh sesak, China hanya mencatat sekitar 80.000 kematian akibat Covid di rumah sakit dalam dua bulan setelah mencabut pembatasannya.
Beberapa ahli mengatakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi, karena banyak pasien meninggal di rumah dan dokter secara luas dilaporkan enggan melaporkan Covid sebagai penyebab kematian.
“Dengan upaya berkelanjutan untuk mengoptimalkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian Covid-19 sejak November 2022, tanggapan Covid-19 China telah membuat transisi yang lancar dalam waktu relatif singkat,” kata Komite Tetap Politbiro (PSC) China dalam sebuah pertemuan pada Kamis, 16 Februari 2023.
"Kemenangan besar yang menentukan dalam pencegahan dan pengendalian epidemi telah tercapai," katanya, menambahkan bahwa upaya China menyebabkan lebih dari 200 juta orang mendapatkan perawatan medis, termasuk hampir 800.000 kasus parah.
Namun, para pemimpin memperingatkan bahwa meski situasi membaik, virus masih menyebar secara global dan terus bermutasi.
Pertemuan tersebut menekankan bahwa China akan meningkatkan vaksinasi untuk lansia, dan memperkuat pasokan dan produksi barang medis. PSC, badan kepemimpinan paling kuat di China, mendesak semua daerah dan departemen untuk memperkuat sistem layanan medis, menurut laporan dari kantor berita resmi Xinhua.
Pernyataan itu tidak mengatakan berapa banyak yang telah meninggal akibat Covid, dan muncul beberapa minggu sebelum China mengadakan sesi parlemen tahunannya dan ketika pembuat kebijakan berupaya menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul oleh pembatasan Covid selama tiga tahun.
Pada bulan Desember, China tiba-tiba membatalkan kebijakan nol-Covid yang menjadi ciri khas Presiden Xi Jinping menyusul protes bersejarah, menyebabkan virus corona tersebar ke seluruh populasi yang sebagian besar telah terlindung dari penyakit tersebut sejak muncul di kota Wuhan di China pada akhir 2019.
Banyak negara dan Organisasi Kesehatan Dunia berspekulasi China tidak melaporkan kematian selama berbulan-bulan, dengan beberapa ahli memperkirakan sebelumnya bahwa Covid dapat menyebabkan setidaknya satu juta kematian di sana tahun ini.
Terlepas dari kekhawatiran bahwa migrasi besar-besaran para pelancong selama Tahun Baru Imlek akan menyebabkan ledakan kasus, pemerintah baru-baru ini mengatakan situasi Covid berada pada "tingkat rendah" setelah liburan.
pilihan editor Balon Mata-mata China Seukuran 3 Bus, Sempat Dikira Bintang di Siang Bolong
REUTERS