TEMPO.CO, Jakarta - Dua badan di PBB, Rabu, 15 Februari 2023, membuat permohonan untuk mengumpulkan dana US5,6 miliar (sekitar Rp 85 triliun) untuk mendukung warga Ukraina yang paling terdampak invasi Rusia.
Pengumuman, yang dibuat bersama oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dan Badan Pengungsi PBB (UNHCR), muncul beberapa hari sebelum satu tahun peringatan invasi yang jatuh pada 24 Februari.
Rencana Tanggap Kemanusiaan untuk Ukraina, yang mencakup ratusan organisasi Ukraina lokal, sedang mencari pendanaan US$3,9 miliar (sekitar Rp 59,2 triliun), sementara Rencana Tanggap Pengungsi untuk para pengungsi dari Ukraina meminta US$1,7 miliar (sekitar Rp 25,8 triliun).
“Saya menyerukan kepada pemerintahan-pemerintahan, orang-orang dan masyarakat sipil yang baik hati, dan orang-orang seperti Anda dan saya di seluruh dunia untuk memberi dengan murah hati hari ini,” kata Martin Griffiths, Kepala Bidang Bantuan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, dalam sebuah pengarahan di Jenewa.
“Anda bisa yakin bahwa pendanaan ini akan sampai di tangan orang-orang yang membutuhkannya di Ukraina.”
Griffiths mengatakan dana tersebut akan diperuntukkan bagi lebih dari 11 juta orang Ukraina untuk menyediakan mereka makanan, kesehatan, dan bantuan yang diperlukan lainnya.
Filippo Grandi, dari UNHCR, mengatakan Rencana Tanggap Pengungsi mencakup 10 negara yang telah menerima para pengungsi Ukraina sejak pecah perang, termasuk negara-negara tetangga seperti Moldova, Polandia dan Rumania.
"Pengungsi tidak hanya diterima, tetapi pengaturan perlindungan sementara telah memberi pengungsi hak untuk bekerja, mengakses layanan dan dimasukkan dalam sistem nasional," kata Grandi dalam sebuah pernyataan. "Namun, kita tidak boleh menerima tanggapan ini, atau keramahtamahan komunitas tuan rumah, begitu saja."
Russia telah meningkatkan serangan-serangan di seluruh Ukraina selatan dan timur dalam pekan-pekan terakhir, dan sebuah serangan baru yang besar menjelang peringatan satu tahun invasi telah diantisipasi secara luas.
REUTERS
Pilihan Berita: Taliban Larang Hari Valentine Dirayakan di Afghanistan: Budaya Kafir, Tidak Islami