TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meningkatkan pengawasan epidemiologis di Guinea Ekuatorial setelah negara tersebut memastikan wabah pertama virus Marburg, kata seorang pejabat WHO, Selasa, 14 Februari 2023.
Negara kecil di Afrika Tengah itu sejauh ini telah melaporkan sembilan kematian, juga 16 kasus suspek penyakit virus Marburg, dengan gejala-gejala termasuk demam, kelelahan dan muntah darah dan diare, menurut WHO.
Baca juga:
“Pengawasan di lapangan telah ditingkatkan,” kata George Ameh, perwakilan WHO di Guinea Ekuatorial.
"Pelacakan kontak, seperti yang Anda ketahui, adalah landasan respons. Kami telah...menerapkan kembali tim COVID-19 yang ada di sana untuk pelacakan kontak dan dengan cepat menyesuaikannya untuk benar-benar membantu kami."
Guinea Ekuatorial mengkarantina lebih dari 200 orang dan membatasi pergerakan pekan lalu di provinsi Kie-Ntem setelah mendeteksi demam berdarah. Negara itu secara resmi mengumumkan wabah pertama penyakit virus Marburg, Senin.
Virus Marburg adalah penyakit yang sangat menular dan mematikan, mirip Ebola dan dapat menyebabkan tingkat kematian hingga 88%, menurut WHO. Belum ada vaksin atau pengobatan antivirus yang telah disetujui untuk mengobatinya.
“Kami sedang mengerjakan rencana tanggap 30 hari di mana kami harus mampu mengukur tindakan yang tepat dan mengukur kebutuhan yang tepat," kata Ameh.
Ia menambahkan bahwa otoritas negara itu tidak melaporkan kasus suspek baru dalam 48 jam terakhir.
REUTERS
Pilihan Editor: Filipina Protes ke Cina soal Laser, AS Pasang Badan