TEMPO.CO, Jakarta - Kremlin, Kamis, 9 Februari 2023, menolak temuan jaksa internasional yang menginvestigasi kejatuhan Malaysia Airlines Flight 17 (MH17) yang mengatakan mereka telah menemukan “indikasi-indikasi kuat” keterlibatan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam insiden itu.
Para jaksa, Rabu, di Den Haag, mengatakan mereka telah menemukan “indikasi-indikasi kuat” bahwa Putin terbukti menggunakan sistem rudal BUK Rusia yang digunakan untuk menembak jatuh pesawat tersebut yang terbang di atas Ukraina timur pada 2014.
Dalam reaksi pertama Moskow terhadap klaim tersebut, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia "tidak dapat menerima” hasil investigasi itu karena mereka tidak mengambil bagian apa pun dalam proses tersebut. Ia juga mengatakan para penyelidik tidak secara terbuka menyajikan bukti-bukti pendukung.
MH17 ditembak jatuh oleh sebuah sistem rudal BUK milik Rusia ketika terbang di atas Ukraina Timur dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur pada 17 Juli 2014, menewaskan semua penumpang dan kru, termasuk 196 warga Belanda. Pada saat itu, para separatis yang didukung Rusia sedang bertempur melawan pasukan Ukraina untuk menguasai kawasan Donbas timur.
Jaksa penuntut menyebutkan panggilan telepon yang disadap untuk temuan-temuan mereka, tetapi mengatakan bukti keterlibatan langsung Putin – atau pejabat Rusia lain – tidak cukup meyakinkan untuk mengejar tuntuan pidana, dan menghentikan penyelidikan mereka.
Rusia telah berulang-ulang membantah keterlibatan negara dalam kejatuhan MH17. Peskov, Kamis, menolak bukti-bukti yang disajikan oleh para penyelidik.
“Kita tahu bahwa sebuah rekaman panggilan telepon yang dicurigai telah diterbitkan... di dalamnya tidak ada satu kata pun yang menyebutkan tentang senjata-senjata. Bahkan, anggap saja percakapan itu nyata... tidak ada satu kata pun tentang senjata-senjata. Tak seorang pun menerbitkan hal lain, jadi tidak mungkin untuk mengatakan sesuatu,” kata Peskov kepada wartawan.
Ditanya secara spesifik tentang klaim bahwa Putin menyetujui pengiriman sistem rudal BUK kepada separatis pro-Moskow di Ukraina, kata Peskow: "Rusia tidak mengambil bagian dalam penyelidikan ini, jadi kami tidak dapat menerima hasil apa pun – terutama karena tidak ada dasar dari pernyataan-pernyataan yang telah dipublikasikan.
Setelah penghancuran pesawat itu, Belanda, Australia, Belgia, Ukraina dan Malaysia membentuk tim investigasi gabungan yang bertanggung jawab dan mengumpulkan bukti-bukti untuk penuntutan kriminal.
November, sebuah pengadilan Belanda mendakwa dua mantan agen intelijen Rusia dan seorang pemimpin separatis Ukraina untuk pembunuhan karena membantu mengatur sistem rudal yang digunakan untuk menjatuhkan pesawat itu. Orang-orang tersebut, disidang secara in absentia, dan masih buron.
REUTERS
Pilihan Berita: Korban Jiwa Gempa Turki-Suriah Lebih dari 20.000, Harapan Kian Pudar