TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara memperlihatkan kekuatannya dengan memamerkan rudal-rudalnya, termasuk Hwasong-17, pada parade yang diadakan pada Kamis malam, 9 Februari 2023. Parade ini diadakan di Pyongyang untuk memperingati 75 tahun tentara mereka. Kim Jong Un hadir bersama putrinya, yang diduga akan menjadi pemimpin setelah Kim.
Sejumlah mesin perang termasuk rudal balistik antarbenua atau Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) Hwasong-17 diarak di depan Kim.
Meskipun ada resolusi dan sanksi dari Dewan Keamanan PBB, Korea Utara terus mengembangkan rudal balistik dan meluncurkan puluhan rudal canggih pada tahun lalu. Foto yang diterbitkan oleh outlet media pemerintah KCNA pada Rabu malam menunjukkan sebanyak 11 Hwasong-17, ICBM terbesar yang dimiliki Korea Utara, yang diduga mampu menyerang hampir di mana saja di dunia dengan hulu ledak nuklir.
“Sebelas rudal bisa cukup untuk membanjiri pertahanan rudal AS saat ini,” kata Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Amerika Serikat di Twitter.
Spesifikasi Hwasong-17, Rudal Terbesar Korea Utara
Hwasong-17 adalah rudal terbesar Korea Utara yang bersenjata nuklir dan ICBM berbahan bakar cair mobile terbesar di dunia. Diameternya diperkirakan antara 2,4 dan 2,5 meter, dan massa totalnya, ketika diisi bahan bakar penuh, kemungkinan antara 80.000 dan 110.000 kg.
Tidak seperti ICBM Korea Utara sebelumnya, Hwasong-17 diluncurkan langsung dari kendaraan Transporter, Erector, Launcher (TEL) dengan 11 gardan, menurut sebuah foto yang ditunjukkan oleh media pemerintah.
Satu Rudal dapat Meledak di Banyak Tempat
Ukuran Hwasong-17 membuat banyak analis berspekulasi bahwa itu akan dirancang untuk membawa banyak hulu ledak dan umpan untuk menembus pertahanan rudal dengan lebih baik.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa teknologi satelit yang diklaim Korea Utara telah diuji dalam peluncuran sebelumnya juga dapat digunakan untuk sistem Multiple Independent Targetable Reentry Vehicle (MIRV). Sistem ini memungkinkan satu rudal untuk menjatuhkan hulu ledak nuklir di tempat yang berbeda.
Korea Utara telah melanjutkan uji coba nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017, kata Korea Selatan dan Amerika Serikat, dan para pejabat mengatakan uji coba baru dapat membantu mengembangkan hulu ledak untuk sistem MIRV.