TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian nasional Swedia pada Selasa, 7 Februari 2023, telah menolak permohanan pembakaran Al Quran yang akan dilakukan oleh Rasmus Paludan. “Pertemuan semacam itu dapat menyebabkan gangguan serius terhadap keamanan nasional,” tulis polisi Swedia dalam pernyataan yang dilansir dari Al Jazeera, Kamis, 9 Februari 2023.
Politisi sayap kanan Denmark Rasmus Paludan, yang juga pemegang kewarganegaraan Swedia, membakar kitab suci Islam di depan kedutaan Turki bulan lalu. Sementara politisi Swedia mengutuk aksi Paludan, pihak berwenang masih mengizinkannya untuk melanjutkan aksi tersebut. Menteri Luar Negeri Tobias Billstrom mengutip undang-undang kebebasan berekspresi di negara itu yang menjadi dasarnya mengizinkan Paludan membakar Al Quran.
Protes tersebut memicu gelombang kemarahan di seluruh umat Muslim. Dalam sebuah laporan pada Selasa, Polisi Keamanan Swedia – badan yang bertanggung jawab untuk spionase dan kontraterorisme – mengatakan bahwa mereka melihat meningkatnya ancam teroris setelah pembakaran Al Quran. "Swedia dinilai memiliki fokus yang lebih besar daripada sebelumnya untuk kekerasan Islamisme,” kata lembaga tersebut.
Kepolisian nasional mengatakan telah membuat keputusan menolak permohonan protes kedua setelah berdiskusi dengan Polisi Keamanan Swedia. Selain meningkatkan ancaman teror, demonstrasi Paludan pada bulan Januari membahayakan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO.
Swedia dan Finlandia sama-sama meninggalkan mendaftar untuk bergabung dengan blok militer NATO pimpinan AS musim panas lalu. Namun penolakan Swedia untuk melarang Paludan membakar Al Quran secara terbuka mendorong Turki membatalkan pertemuan aksesi dengan kedua negara Nordik tersebut.
Turki menolak untuk meratifikasi tawaran keanggotaan Swedia dan Finlandia sampai kedua negara itu setuju untuk mengekstradisi puluhan tersangka teroris dan mencabut embargo senjata yang sebelumnya diberlakukan. Ihwal pembakaran Al Quran, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan minggu lalu bahwa, “selama (Swedia mengizinkan) kitab suci saya, Al Quran, untuk dibakar dan dirobek, kami tidak akan mengatakan ya untuk masuknya Anda ke NATO.”
Meskipun AS adalah kekuatan dominan di NATO, semua 30 negara anggota harus memilih dengan tegas untuk menerima negara baru ke dalam aliansi.
AL JAZEERA | FATIMA ASNI SOARES | DRC
Pilihan Editor: Turki Tangkap 15 Orang Diduga Anggota ISIS Usai Barat Tutup Kedutaan