TEMPO.CO, Jakarta - Laut China Selatan menjadi jalur perdagangan strategis dengan banyak dipergunakan aktivitas pelayaran internasional mulai dari Asia, Amerika, hingga Eropa. Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel di tengahnya juga kaya akan kandungan minyak dan gas bumi serta sumber daya maritim. Sebagai perairan yang berada di Samudera Pasifik, wilayah Laut China Selatan menjadi sengketa yang tak kunjung selesai diperebutkan oleh sejumlah negara Asia Timur dan Asia Tenggara.
Siapa saja negara yang bersengketa di Laut China Selatan? Simak uraiannya berikut ini.
Negara yang Bersengketa di Laut China Selatan
Lantaran lokasi strategis dan kekayaan alamnya, Laut China Selatan kerap diperebutkan oleh negara-negara di sekelilingnya. Amerika Serikat bahkan ikut mengklaim sejumlah pulau kecil di Kepulauan Spratly. Sengketa tersebut memuncak ketika China memasukkan Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel ke dalam peta wilayahnya pada 1974.
Klaim itu kemudian memancing respons panas dari beberapa negara di Asia Tenggara, yakni Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Bersama China dan Taiwan, negara-negara tersebut kemudian berkonflik dan saling mengklaim sebagian atau seluruh wilayah Laut China Selatan.
Negara yang terlibat sengketa Laut China Selatan mengerahkan pertahanan militer di batas-batas wilayah mereka yang bersinggungan langsung dengan perairan itu. Pertemuan-pertemuan bilateral dan multilateral pun kerap dilakukan. Peran ASEAN cukup menonjol dalam penyelesaian konflik ini.
Indonesia juga menjadi salah satu negara yang menjadi mediator antara negara yang bersengketa di Laut China Selatan. Indonesia tidak termasuk ke dalam penguasa yang memperebutkan wilayah Laut China Selatan dan menjalin hubungan baik dengan negara-negara yang terlibat.
Namun sejak 2010, China terus memperluas klaimnya di wilayah Laut China Selatan hingga ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Hal itu sempat menimbulkan ketegangan antara Indonesia dan China yang memuncak pada 2021.
Dalam catatan Tempo, Indonesia termasuk negara yang mempertahankan klaimnya di wilayah perairan Laut China Selatan. Tapi China begitu agresif ingin mendominasi segalanya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di bawahnya.
Ketegangan di LCS diperkirakan meningkat tahun ini, karena China terus melanjutkan pembangunan pulau buatan dan operasi militer, hingga ada peringatan kawasan ini akan "dipenuhi dengan kapal-kapal China".
Kronologi sengketa di Laut China Selatan