TEMPO.CO, Jakarta - China mengakui rasa saling percaya politik dengan Rusia terus meningkat. Pernyataan mengenai eratnya hubungan Beijing dan Moskow yang makin lengket ini muncul, setelah Wakil Menteri Luar Negeri Ma Zhaoxu mengunjungi Rusia pada pekan ini dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan Sabtu, 4 Februari 2023, menyebut, negaranya bersedia bekerja dengan Rusia untuk mengimplementasikan kemitraan strategis mereka. Beijing mendorong kemajuan lebih lanjut dalam hubungan mereka.
Ma, selama kunjungannya pada 2-3 Februari 2023, juga bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko dan Sergey Vershinin. Selama pertemuan itu, Beijing mengatakan, Ma bertukar pandangan tentang kerja sama bilateral dan multilateral, serta isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama.
Ihwal kunjungan Ma, Beijing dalam pernyataannya tidak menyebut Ukraina. Rusia melancarkan operasi militer selama hampir setahun. Sejauh ini, China telah menahan diri untuk tidak mengutuknya atau menyebutnya sebagai "invasi".
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat setelah penerbangan balon China di atas wilayah udara negeri Paman Sam. Washington menyebut perangkat itu sebagai balon mata-mata. Sementara China mengatakan itu adalah pesawat yang digunakan untuk keperluan meteorologi sipil dan tujuan ilmiah lainnya.
Keributan itu menyebabkan penundaan kunjungan ke China oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken yang seharusnya dimulai pada Jumat.
Pemimpin China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kemitraan strategis di Moskow setahun yang lalu. Kesepahaman itu bertujuan untuk melawan pengaruh Amerika Serikat. Menurut mereka kemitraan itu tidak akan memiliki bidang kerja sama yang "terlarang".
Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov mengatakan pada Kamis bahwa hubungan Moskow dengan China tidak memiliki batas, meskipun bukan aliansi militer formal, sifatnya jauh lebih tinggi dan lebih luas.
REUTERS
Baca Juga: Beijing Klarifikasi soal Insiden Balon Mata-mata yang Melayang di Amerika Serikat