TEMPO.CO, Jakarta - Mantan perdana menteri Lebanon Hassan Diab beserta dua mantan menteri didakwa terlibat dalam pembunuhan atas insiden ledakan pelabuhan Beirut pada 2020 lalu. Hakim yang menyelidiki ledakan pelabuhan Beirut, Tarek Bitar, juga mendakwa pejabat tinggi lainnya sehubungan dengan ledakan tersebut, kata sumber pengadilan Lebanon pada Selasa.
Baca juga: Pengadilan Lebanon Keluarkan Surat Penahanan Eks Menteri Soal Ledakan di Beirut
Hakim Bitar juga mendakwa Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim, Direktur Keamanan Negara Mayor Jenderal Tony Saliba, serta mantan komandan militer Lebanon Jean Kahwaji sehubungan dengan insiden ledakan tersebut.
Jaksa Agung Lebanon Ghassan Oueidat, yang juga didakwa dalam penyelidikan insiden ledakan Beirut, mengumumkan penolakannya terhadap keputusan Hakim Bitar. Ia beralasan bahwa hakim tersebut telah ditangguhkan dari penyelidikannya lebih dari setahun lalu.
Namun, sumber peradilan mengatakan kepada Reuters interogasi telah dijadwalkan pada Februari untuk 15 orang, termasuk pejabat tinggi keamanan, Oweidat, dua mantan menteri dan mantan Perdana Menteri Diab. Semua yang sebelumnya didakwa oleh Bitar telah membantah melakukan kesalahan.
Kondisi silo biji-bijian yang rusak akibat ledakan Pelabuhan Beirut 2020 di Beirut, Lebanon, 28 Juli 2022. Silo biji-bijian di Pelabuhan Beirut yang dihantam ledakan berisiko runtuh setelah mengalami kebakaran bulan ini, demikian disampaikan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada Rabu, 27 Juli 2022. (Xinhua/Bilal Jawich)
Pekerjaan Bitar sebagai hakim terhenti selama lebih dari setahun menyusul beberapa pengaduan oleh dua mantan menteri yang menghadapi dakwaan, sehingga memaksa Bitar menangguhkan penyelidikan. Bitar melanjutkan pekerjaannya setelah sebuah pendapat hukum mengatakan bahwa dia harus diizinkan untuk melanjutkan penyelidikannya.
Pierre Gemayel, saudara laki-laki seorang korban tewas dalam insiden itu, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia terkejut tetapi juga senang dengan keputusan Bitar.
“Tidak normal [bahwa] lebih dari satu tahun investigasi diblokir; sekarang kami memiliki sedikit harapan bahwa ada sesuatu yang bergerak, ”katanya.
Upaya Bitar untuk menginterogasi pejabat tinggi terkait ledakan, yang menewaskan sedikitnya 218 orang dan menghancurkan beberapa bagian Beirut, telah dihalangi oleh sejumlah faksi. Ini termasuk Hizbullah yang didukung Iran dan bersenjata lengkap.
Bitar bertemu dengan hakim Prancis yang mengunjungi Beirut pekan lalu sebagai bagian dari penyelidikan Prancis atas ledakan tersebut, yang korbannya termasuk dua warga negara Prancis. Dia tidak dapat berbagi dokumen dengan mereka karena penyelidikan dibekukan.
Ledakan pada 4 Agustus 2020 itu disebabkan oleh ratusan ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan dalam kondisi memprihatinkan sejak dibongkar pada 2013. Sejauh ini, belum ada pejabat senior yang dimintai pertanggungjawaban.
Investigasi utama terhadap insiden ledakan tersebut mengungkapkan bahwa amonium nitrat, yang disimpan sejak 2014 di sebuah gudang di pelabuhan itu, menyebabkan ledakan hingga menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya.
Baca juga: Rusia Kirim Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Ledakan di Beirut ke Lebanon
AL JAZEERA | REUTERS