TEMPO.CO, Jakarta - Majalah tertua di Jepang Shukan Asahi berhenti terbit setelah hampir 100 tahun mengepakkan sayap sebagai media di Jepang. Hal ini ditengarai sebab penurunan jumlah pembaca dan pendapatan iklan terus menurun. Edisi terakhir majalah Shukan Asahi akan dicetak pada bulan Mei mendatang.
Majalah Shukan Asahi akan mengakhiri penerbitannya karena pergeseran jumlah pembaca dan pendapatan iklan ke media digital.
Sirkulasi majalah tersebut di Jepang pernah melampaui satu juta, kemudian anjlok hingga rata-rata sekitar 74.000 di akhir tahun 2022.
Majalah Shukan Asahi pernah disirkulasikan hingga satu juta eksemplar. Dilansir dari laman Kyodo News The Asahi Shimbun.co--penerbit majalah Shukan Asahi hanya menjual 74.125 eksemplar majalah tersebut pada Desember 2022. Dari laman The Japan Times, Asahi Shimbun Publications mengatakan akan memfokuskan sumber dayanya pada konten media digital dan penerbitan buku.
Majalah Shukan Asahi pertama kali diluncurkan pada 1922. Fokus beritanya soal isu-isu sosial termasuk politik, ekonomi dan pendidikan. Berbeda dengan majalah yang terbit pada 1950-an yang hanya memberitakan gosip selebriti, Shukan Asahi semakin menarik perhatian publik berkat penerbitan serial oleh penulis terkenal seperti Ryotaro Shiba dan Haruk Murakami.
Asahi Shimbun Publications mengatakan keputusan itu diambil karena pasar majalah mingguan menyusut. Dijelaskan juga bahwa pendapatan dari iklan mengalami penurunan. Penerbit menyampaikan terima kasih kepada pembaca yang telah mendukung majalah tersebut selama lebih dari 100 tahun.
NOVITA ANDRIAN I SDA
Baca juga: Teknologi Arsip Digital Penolong Benda Purbakala Jepang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.