Di masa jaya, keluarga Om Mohamed biasa menghabiskan liburan di resot pantai Laut Merah, Mesir. Namun sekarang, tak ada uang untuk liburan.
Om Mohamed, 61 tahun, bersama dua anak dan suaminya, tinggal di sebuah apartemen dekat alun-alun Kairo. Sehari-hari, keluarga ini menjalani kehidupan serba hemat dari uang pensiun sebuah perusahaan bidang energi, di antaranya dengan jarang makan daging.
Baca juga:Jelajah Negeri Tempo: Mencari Pejuang Masa Kini di Tengah Masa Pemulihan Pandemi
Seorang anak memberi makan sapi di pasar ternak Desa Al Manashi, Giza, di pinggiran Kairo, Mesir, Kamis, 9 Agustus 2018. Hewan-hewan ternak ini akan disembelih sebagai hewan kurban dan dagingnya dibagi-bagikan kepada warga yang tidak mampu. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Inflasi dalam beberapa bulan terakhir yang bergerak cepat memukul daya beli masyarakat Mesir yang sebelumnya telah mengalami beberapa kali guncangan ekonomi dan tahun-tahun penghematan. Lonjakan inflasi terjadi bersamaan dengan krisis mata uang sehingga memperlihatkan kerentanan ekonomi Mesir yang sudah lama ditopang negara-negara pemberi pinjaman dan sekutu-sekutu Mesir di Teluk yang melihat Mesir sebagai ujung tombak keamanan regional.
Pemerintah Mesir mengatakan sedang melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menekan harga-harga dan memperluas anggaran sosial. Mesir juga seringkali menyalahkan kondisi yang terjadi pada tekanan mata uang sebagai dampak faktor eksternal terkait perang Ukraina.
Mesir pun menyoroti ledakan infrastruktur yang dipimpin negara, di mana banyak pembangunan jalan baru dan kota-kota sehingga membantu ekonomi Mesir tetap tumbuh meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Keluarga Om Mohamed mendapat sedikit keringanan karena berhak mendapatkan roti bersubsidi. Salah satu anak Om Mohamed, yang tinggal tak jauh dari orang tuanya, berjualan perhiasan demi bisa membiayai sekolah anak-anaknya karena tidak ada pilihan sekolah negeri di area tersebut.
“Kami tak punya sistem pembuangan limbah yang layak ata air bersih. Kadang saya membuka kran air dan air yang keluar berbau limbah. Saya tidak mampu membeli kemasan setiap hari,” kata Om Mohamed, saat wawancara di apartemennya di sebuah jalanan yang bersampah di pinggir utara Kairo.
“Tak ada lagi kelas menengah lagi sekarang, yang ada hanya orang-orang kelas bawah,” pungkasnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Mesir Longgarkan Aturan Warga yang Bisa Beli Roti Subsidi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.