TEMPO.CO, Jakarta -Sedikitnya 15 orang tewas dan tiga lainnya luka-luka dalam kebakaran yang terjadi di sebuah barak unit militer di desa Azat, provinsi Gegharkunik, timur Armenia. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 1.30 dini hari waktu setempat pada Kamis, 19 Januari 2023.
Baca juga: Konflik Armenia - Azerbaizan Tewaskan 200 Tentara, Rusia Jadi Penengah
“Menurut data awal, 15 prajurit tewas akibat kebakaran yang terjadi di barak perusahaan insinyur dan penembak jitu unit militer,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan yang dirilis Kamis.
Kementerian menyebut penyebab kebakaran belum bisa diketahui. Lembaga itu menambahkan bahwa ketiga pria yang terluka itu dalam kondisi serius.
Insiden itu menyusul ledakan yang terjadi pada Agustus tahun lalu. Dalam peristiwa itu sedikitnya 16 orang tewas dan sekitar 60 lainnya luka-luka. Ledakan itu merobek sebuah gudang di sebuah pasar di Yerevan, ibu kota Armenia.
Azat terletak di dekat perbatasan dengan Azerbaijan, negara yang berperang dengan Armenia pada 2020 atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Wilayah ini diakui secara internasional sebagai milik Azerbaijan, tetapi dihuni dan dikendalikan oleh mayoritas etnis Armenia.
Konflik enam minggu itu menewaskan sedikitnya 6.500 orang dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia. Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade dalam sebuah langkah yang memicu krisis politik.
Sementara pertempuran skala besar berakhir, bentrokan perbatasan baru terus terjadi. Pada September tahun lalu, puluhan tentara Armenia dilaporkan tewas.
Ketegangan antara dua bekas republik Soviet itu berkobar lagi dalam beberapa pekan terakhir ketika warga sipil Azerbaijan yang mengaku sebagai aktivis lingkungan melakukan protes di sepanjang Koridor Lachin.
Jalur itu merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh ke Armenia. Yerevan menyebut tindakan itu sebagai blokade yang didukung pemerintah Azerbaijan.
Baca juga: Putin Turun Tangan, Konflik Mematikan Armenia dan Azerbaijan Mereda
REUTERS
