TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pensiunan laksamana muda Taiwan dan seorang mantan anggota parlemen telah ditahan karena diduga melanggar undang-undang keamanan nasional pulau itu. Hal ini diungkapkan pengadilan pada Kamis 19 Januari 2023, dalam skandal mata-mata terbaru yang menghantam elit militer Taiwan.
Baca juga: Diduga Jadi Mata-Mata China, Tiga Perwira Militer Taiwan Ditangkap
Hsia Fu-hsiang, yang menjabat sebagai wakil kepala departemen perang politik Angkatan Laut, dan mantan anggota parlemen Lo Chih-ming dianggap berisiko melarikan diri dan ditahan pada Kamis, kata pengadilan distrik di Kaohsiung, Taiwan selatan.
Menurut Kantor Berita Pusat semi-resmi Taiwan, Lo diduga merekrut Hsia. Keduanya kemudian menggunakan koneksi mereka untuk mengatur pensiunan perwira militer mengunjungi China. Langkah ini sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan jaringan mata-mata di Taiwan.
Selain membatalkan keputusan yang mengizinkan jaminan awal bulan ini, pengadilan juga mengutip risiko bahwa keduanya dapat berkolusi dengan saksi.
"Para terdakwa mengatur saksi untuk pergi ke China daratan dan [perjalanan] kemungkinan besar terkait dengan mempromosikan penyatuan dengan China,” demikian pernyataan pengadilan tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang penyelidikan tersebut.
Kasus mereka muncul tak lama setelah jaksa meluncurkan penyelidikan terhadap pensiunan kolonel angkatan udara yang diduga merekrut setidaknya enam perwira aktif di angkatan udara dan angkatan laut untuk Beijing dalam delapan tahun.
Ada sejumlah kasus yang melibatkan mantan pejabat tinggi militer Taiwan yang dituduh mengembangkan jaringan mata-mata untuk China dalam beberapa tahun terakhir.
Seorang pensiunan mayor jenderal di angkatan udara menerima hukuman percobaan empat tahun awal bulan ini karena menerima makanan dan perjalanan yang ditawarkan oleh seorang pengusaha Hong Kong yang diduga bertindak atas nama Beijing. Hukuman ini dijatuhkan setelah pengadilan mengatakan dia menunjukkan penyesalan dan tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.
China mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai bagian dari wilayahnya untuk direbut suatu hari nanti, dengan paksa jika perlu.
Kedua belah pihak saling memata-matai sejak kaum nasionalis melarikan diri ke pulau itu untuk mendirikan pemerintahan tandingan pada 1949. Ini terjadi setelah mereka kalah dalam perang saudara di daratan melawan pasukan komunis.
Baca juga: Mata-mata Cina telah Menyusup ke Militer Taiwan
AL ARABIYA