TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Biro Imigrasi China mengumumkan ada sekitar 490.000 perjalanan masuk dan keluar negaranya setiap hari setelah membuka kembali perbatasan.
Baca: Marah karena Laptop Hilang, Tamu Hotel di China Tabrakkan Mobil ke Lobi
Saat jumpa pers pada Jumat, 13 Januari 2023, pejabat Imigrasi China Liu Haitao mengatakan angka itu naik 48,9 persen dari periode sebelum pelonggaran kebijakan Covid-19 China. Akan tetapi hanya 26,2 persen dari level 2019. Haitao menambahkan, dari jumlah hampir setengah juta itu, 250.000 trip inbound, sedangkan 240.000 outbound.
China membuka kembali perbatasannya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada Minggu, 8 Januari 2023. Beijing membatalkan pembatasan seperti karantina untuk pelancong yang masuk karena mencabut kebijakan nol-Covid.
Pembongkaran pembatasan yang tiba-tiba telah menyebarkan virus warga China, yang lebih dari sepertiga di antara 1.4 miliar populasi itu tinggal di daerah di mana infeksi sudah melewati puncaknya.
Mantan kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Zeng Guang, mengatakan, puncak gelombang Covid-19 di China diperkirakan akan berlangsung selama dua hingga tiga bulan. Dia menyebut itu akan segera meluas ke pedesaan yang minim sumber daya medis.
Infeksi diperkirakan melonjak di daerah pedesaan ketika ratusan juta orang melakukan perjalanan ke kota asal mereka untuk liburan Tahun Baru Imlek. Liburan itu secara resmi dimulai dari 21 Januari, yang dikenal sebelum pandemi sebagai migrasi orang tahunan terbesar di dunia. "Fokus prioritas kami adalah di kota-kota besar. Sudah waktunya untuk fokus di daerah pedesaan," kata Zeng seperti dikutip Caixin.
Simak: Keluarga di China Reuni setelah Dipisahkan Covid-19 selama 3 Tahun
REUTERS