TEMPO.CO, Jakarta - Palestina menyebut tiga warganya ditembak dan dibunuh oleh tentara Israel pada Kamis, 12 Januari 2023, saat terjadi penggerebekan. Kejadian itu memicu bentrokan di Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel.
Baca: 30 Daftar Negara yang Membenci Israel, Ada Korea Utara!
Satu korban tewas dalam serangan tentara di kamp pengungsi Qalandia. Militer Israel mengatakan telah melakukan penangkapan dan penyitaan senjata di seluruh Tepi Barat. Di satu lokasi di Qalandia, kata militer, tentara diserang oleh penduduk setempat, kemudian mereka menanggapi dengan metode pembubaran dan tembakan langsung.
Kemudian di daerah Jenin, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, pasukan Israel membunuh dua warga Palestina. Saksi mengatakan ada baku tembak.
Sementara, tentara Israel mengaku, pasukan di sana menangkap seorang tersangka atas "keterlibatan dalam kegiatan teroris dan merencanakan serangan." Tentara melepaskan tembakan setelah ditembak dan "kerusuhan hebat" meletus.
Tepi Barat telah mengalami gelombang kekerasan sejak Israel meningkatkan operasi sebagai tanggapan atas serangkaian serangan jalanan di kota-kotanya tahun lalu. Dalam dua minggu pertama 2023, delapan warga Palestina tewas dalam penggerebekan, termasuk tiga remaja, seperti dilaporkan pejabat Palestina. Tidak ada tentara Israel yang tewas dalam operasi tersebut.
Secara terpisah, pada Rabu, 11 Januari 2023, di Tepi Barat selatan, seorang Palestina disebut telah menikam seorang pemukim Yahudi di sebuah pertanian kemudian ditembak mati. Yochai Damri, kepala pemukiman lokal, mengatakan kejadian itu kepada Radio Angkatan Darat Israel. Tidak jelas apakah pemukim yang terluka atau orang lain yang melepaskan tembakan.
Israel mengatakan penggerebekan itu adalah tindakan keamanan yang menargetkan tersangka militan. Warga Palestina menganggap penggerebekan itu sebagai bentuk hukuman kolektif dan mengatakan mereka berperang melawan pendudukan Israel selama puluhan tahun.
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang aturan hukum pada Kamis, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengatakan 2022 telah menjadi tahun yang mematikan bagi warga Palestina dan Israel. Ia juga mengutuk semua pembunuhan di luar hukum dan tindakan oleh para ekstremis. "Pada saat yang sama, perluasan permukiman oleh Israel, serta penghancuran dan penggusuran rumah, memicu kemarahan dan keputusasaan," kata Guterres. "Saya juga sangat prihatin dengan inisiatif sepihak yang kita lihat belakangan ini".
Simak: 15 Fakta Israel, Seteru Abadi Palestina yang Masyarakatnya Penyuka Program Bayi Tabung
REUTERS