TEMPO.CO, Jakarta - Mantan narapidana, juru kampanye dan advokat pada Rabu menandai peringatan 21 tahun pembukaan kamp penjara militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba. Seperti dilansir The National Kamis 12 Januari 2023, penjara itu pernah menampung hampir 800 tahanan, tetapi saat ini masih ada 35 pria Muslim, meskipun sebagian besar tidak pernah didakwa melakukan kejahatan.
Baca juga: Narapidana Tertua Guantanamo Saifullah Paracha Dibebaskan Setelah 19 Tahun
Menurut Amnesty International, 20 dari 35 tahanan yang tersisa telah dibebaskan, tetapi tetap dikurung. Banyak yang berasal dari Yaman dan tidak dapat dikirim kembali ke negara mereka yang dilanda perang.
Pada Rabu, hampir 160 kelompok hak asasi internasional mengirim surat kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan mendesaknya untuk menutup fasilitas tersebut. Sebagai kandidat presiden melawan Trump, Biden mengatakan mendukung penutupan Guantanamo – tugas yang gagal dilakukan mantan Presiden Barack Obama karena oposisi dari Partai Republik.
“Guantanamo terus menyebabkan kerusakan yang meningkat dan mendalam. Banyak pria lanjut usia dan semakin banyak orang sakit yang masih ditahan tanpa batas waktu di sana. Sebagian besar tanpa dakwaan dan tidak ada yang menerima pengadilan yang adil. Itu juga menghancurkan keluarga dan komunitas mereka,” kata surat itu.
Kelompok-kelompok tersebut, termasuk Oxfam America dan Council on American-Islamic Relations, juga menuduh bahwa penjara tersebut memicu "kefanatikan, stereotip, dan stigma". Dengan mencontohkan perpecahan sosial tersebut, Guantanamo "berisiko memfasilitasi pelanggaran hak tambahan", kata kelompok tersebut.