TEMPO.CO, Jakarta - Swedia optimis Turki akan menyetujui aplikasinya bergabung dengan aliansi militer NATO, hanya saja Swedia tidak akan bisa memenuhi semua syarat yang diajukan Ankara.
“Turki mengkonfirmasi kami telah melakukan apa yang kami bisa lakukan, namun mereka juga menginginkan hal-hal yang kami tidak bisa lakukan untuk mereka,” kata Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson.
Baca juga:Budaya Komplain Konsumen Indonesia Dinilai Rendah
NATO atau North Atlantic Treaty Organization. shutterstock.com
Finlandia dan Swedia sudah menanda-tangani kesepakatan dengan Turki pada 2022 lalu untuk mengatasi hal-hal yang membuat Ankara keberatan menjadikan dua negara itu sebagai anggota NATO. Kedua negara itu bergabung dengan NATO buntut dari invasi Rusia ke Ukraina, namun Turki keberatan dan menuding keduanya menjadi tempat berlabuhnya para militan, di antaranya militan dari Partai Buruh Kurdi.
Dalam sebuah konferensi pers pada Minggu, 8 Januari 2022, Kristersson, mengatakan tuntutan Turki tidak bisa dipenuhi pihaknya dalam lingkung tiga memorandum.
“Dari waktu ke waktu, Turki menyebut sejumlah individu yang mereka ingin ekstradisi dari Swedia. Untuk itu, saya harus katakan kalau perihal ini sudah ditangani oleh hukum Swedia,” kata Kristersson.
Sebelumnya pada tahun lalu, Ankara mengutarakan kekecewaan atas putusan pengadilan tinggi Swedia yang menghentikan permintaan Turki untuk mengekstradisi seorang wartawan yang diduga punya keterlibatan dengan ulama Fetullah Gulen. Sosok Gulen disalahkan oleh Turki karena berusaha melakukan kudeta.
NATO adalah sebuah aliansi militer lintar negara yang didirikan pada 1949. Kantor pusat NATO ada di Brusels, Belgia, yang saat ini beranggotakan 30 negara, di mana 28 negara berasal dari kawasan Eropa.
Sumber: Reuters
Baca juga: Sekjen NATO Jens Stoltenberg Disarankan Dapat Nobel Perdamaian
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.