TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin yaitu 11 negara di Asia Tenggara menyambut turis China dengan tangan terbuka, di tengah tingginya kasus Covid-19 di negara itu. Hal ini berbeda dengan negara-negara Eropa, Jepang, Australia hingga Amerika Serikat yang membatasi kedatangan turis dari China.
Baca: Top 3 Dunia: Kapal Perang AS Bikin Marah China, Badai di California
Berita top 3 dunia lainnya adalah China yang akan berunding dengan Pfizer terkait obat Covid-19. Terakhir yaitu gerai makanan cepat saji McDonald's yang akan angkat kaki dari Kazakhstan. Berikut selengkapnya:
1. Dalih Asia Tenggara Sambut Turis China: dari Anti-Diskriminasi sampai Kekebalan Tinggi
Sebelas negara di Asia Tenggara dengan tangan terbuka menyambut ledakan kunjungan turis China di tengah kekhawatiran tsunami kasus Covid-19 di negara itu yang membuat Eropa, Australia, AS dan India melakukan pembatasan ketat pada pendatang dari Tiongkok.
Bisnis pariwisata Asia Tenggara akan menjadi penerima manfaat utama dari pencabutan larangan perjalanan China karena mereka tidak mewajibkan tes Covid-19 sebelum masuk yang diberlakukan Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat pada pendatang dari China.
Bahkan ketika virus itu menyerang negara dengan 1,4 miliar penduduknya, ekonomi terbesar kedua di dunia itu membuka perbatasannya mulai Minggu besok, 8 Januari 2023. Langkah ini akan membuat jutaan warga China, yang selama tiga tahun terkurung pembatasan ketat, berhamburan ke luar negeri.
Turis China dipastikan akan memanfaatkan kemudahan yang disuguhkan negara-negara Asia Tenggara, kata ekonom CIMB Song Seng Wun, seperti dikutip Reuters. "Semakin sibuk bandara regional, semakin baik untuk ekonomi mereka," katanya.
Sementara Australia, Inggris, India, Jepang, dan Amerika Serikat termasuk di antara negara-negara yang memerlukan tes Covid-19 negatif pada pendatang dari China, negara-negara Asia Tenggara, dari Kamboja hingga Indonesia dan Singapura, semuanya telah menolak persyaratan tersebut.
Kecuali untuk pengujian virus air limbah pesawat oleh Malaysia dan Thailand, 11 negara di kawasan itu akan memperlakukan pelancong Tiongkok seperti yang lain. "Kami tidak mengambil sikap diskriminatif (terhadap) negara mana pun," kata Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Hal itu juga ditekankan Thailand. "Kami bersikeras pada prinsip bahwa tidak boleh ada diskriminasi terhadap satu negara karena masih ada pandemi di setiap negara dan dengan varian serupa," kata Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul, Kamis, 5 Januari 2023.
Baca di sini selengkapnya.
2. Covid-19, Cina Disebut Sedang Berunding dengan Pfizer
Tiga sumber mengungkap Cina sedang berunding dengan Pfizer Inc untuk mengunci sebuah lisensi yang akan mengizinkan produsen obat tersebut untuk memproduksi dan mendistrikbusikan sebuah obat generik antiviral Covid-19 bernama Paxlovid di Cina. Pfizer adalah produsen obat asal Amerika Serikat.
Sumber mengatakan Badan regulasi obat-obatan di Cina, National Medical Products Administration (NMPA), memimpin perundingan tersebut sejak akhir bulan lalu. Beijing disebut sangat ingin mengunci kesepakatan penerbitan izin ini sebelum Imlek yang dimulai pada 22 Januari 2023.
Sejumlah rumah sakti di Cina saat ini sedang tertekan setelah Pemerintah Cina mencabut kebijakan nol-Covid-19 pada Desember 2022. Langkah tersebut langsung membuat infeksi virus corona langsung melambung.
Gelombang Covid-19 di Cina membuat rumah sakit kewalahan, obat-obatan habis dan sejumlah negara waswas. Permintaan obat Paxlovid saat ini di Cina sangat tinggi sehingga banyak warga Cina yang berusaha mendapatkannya dari luar negeri lalu dikirim ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Paxlovid terbukti sekitar 90 persen mengurangi risiko pasien Covid-19 untuk dirawat di rumah sakit.
Beijing telah bersikap ragu-ragu dengan vaksin-vaksin buatan negara-negara Barat dan perawatannya. Obat Paxlovid telah menjadi satu dari sedikit obat luar negeri yang mendapat persetujuan Beijing.
Berita selengkapnya baca di sini.
3. Kena Dampak Perang Ukraina, McDonald's Keluar dari Kazakhstan
McDonald's resmi angkat kaki dari Kota Almaty, Kazakhstan dampak dari perang Ukraina. Pada Jumat, 5 Januari 2023, sejumlah pekerja mencopot merek McDonald's dari sejumlah gerai McDonald di Almaty, yakni kota terbesar di Kazakhstan.
McDonald's adalah raksasa makanan cepat saji. Kepergian McDonald's membuat warga Kazakhstan mengutarakan pandangan di media sosial. Warga yang tidak tahu, merasa kebingungan karena tulisan McDonald's diturunkan dari atas gedung.
“Saya ragu apakan ada perusahaan yang bisa menyaingi McDonald's di Kazakhstan pada saat ini atau jenis makanan siap saji lainnya bisa mencontek menu yang dimiliki McDonald dengan harga yang sama,” kata seorang pecinta McDonald's di media sosial.
Ada pula yang menggambarkan kepergian McDonald's dari negara dengan populasi 20 juta jiwa tersebut sebagai sebuah ketidaknyamanan. Ada juga yang berpandangan akan beralih ke rumah makan cepat saji lainnya.
Restoran cepat saji seperti KFC, Burger King, Popeyes dan Hardee yang beroperasi di Kazakhstan pada bulan lalu kompak mengatakan akan membuka puluhan gerai makanan di sana yang bermitra dengan perusahaan lokal bernama Centras Group. Kazakhstan adalah negara bekas pecahan Uni Soviet.
Pemegang lisensi McDonald's di Kazakshtan adalah Food Solutions KZ. Sumber mengatakan Food Solutions KZ tak bisa mendapatkan menggunakan roti dan daging buatan lokal karena kurang percaya. Mereka terbiasa mengimpornya dari Rusia. Namun impor tersebut harus terhenti dan pada akhirnya benar-benar memaksa McDonald's harus tutup karena perang Ukraina.
Baca di sini untuk berita selengkapnya.
Simak: Top 3 Dunia: AS Sumbang Tank Bradley ke Ukraina, Kishida-Biden Akan Bertemu
REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA