TEMPO.CO, Jakarta - Iran memperingatkan Prancis tentang konsekuensi yang akan diterima setelah majalah satir Charlie Hebdo menerbitkan kartun yang menggambarkan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Kartun itu dianggap menghina oleh Teheran.
Baca: Putin: Menghina Nabi Muhammad Pelanggaran Beragama, Bukan Kebebasan Berekspresi
Mingguan itu menerbitkan lusinan kartun yang mengolok-olok tokoh agama dan politik tertinggi di republik Islam itu sebagai bagian dari kompetisi yang diluncurkannya pada Desember 2022 untuk mendukung gerakan protes tiga bulan itu. "Tindakan menghina dan tidak senonoh dari publikasi Prancis dalam menerbitkan kartun melawan otoritas agama dan politik tak akan berjalan tanpa tanggapan yang efektif dan tegas," ujar Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melalui akun Twitter, Rabu, 4 Januari 2023.
"Kami tidak akan membiarkan pemerintah Prancis melampaui batasnya. Mereka pasti telah memilih jalan yang salah," ujarnya menambahkan, tanpa menjelaskan konsekuensinya.
Pada Rabu, kementerian luar negeri Iran mengatakan telah memanggil duta besar Prancis Nicolas Roche. "Prancis tidak berhak menghina kesucian negara dan bangsa Muslim lainnya dengan dalih kebebasan berekspresi", kata juru bicara kementerian luar negeri Nasser Kanani. "Iran sedang menunggu penjelasan dan tindakan kompensasi pemerintah Prancis dalam mengutuk perilaku yang tidak dapat diterima dari publikasi Prancis," katanya.
Majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo, menerbitkan lusinan kartun tentang Khamenei, yang dikatakan sebagai bagian dari upaya mendukung protes anti-pemerintah di Iran menyusul kematian Mahsa Amini, seorang wanita muda pada bulan September saat berada dalam tahanan polisi moralitas. Kartun lain menunjukkan penggunaan hukuman mati oleh pihak berwenang sebagai taktik untuk memadamkan protes.
"Itu adalah cara untuk menunjukkan dukungan kami kepada pria dan wanita Iran yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mempertahankan kebebasan mereka melawan teokrasi yang telah menindas mereka sejak 1979," tulis direktur Charlie Hebdo, Laurent Sourisseau, yang dikenal sebagai Riss, dalam sebuah editorial.
"Semua kartun yang diterbitkan memiliki manfaat untuk menentang otoritas yang diklaim sebagai pemimpin tertinggi, serta kelompok para pelayannya dan antek-antek lainnya," ujarnya.
Nathalie Loiseau, mantan menteri pendukung Presiden Emmanuel Macron, menggambarkan tanggapan Iran sebagai upaya dan ancaman gangguan terhadap Charlie Hebdo. "Sangat jelas bahwa rejim represif dan teokratis di Teheran tidak mengajarkan apa-apa kepada Prancis," katanya.
Khamenei, penerus pemimpin revolusioner Ayatollah Ruhollah Khomeini, diangkat sebagai pemimpin Iran seumur hidup. Kritik terhadapnya dilarang di Iran.
Khamenei pada tahun 1989 terkenal mengeluarkan dekrit agama, atau fatwa, yang memerintahkan umat Islam untuk membunuh penulis Inggris Salman Rushdie karena menulis novel Ayat-ayat Setan atau The Satanic Verses yang dinilai menghujat Nabi Muhammad.
Simak: Charlie Hebdo Kartunkan Pemimpin Iran Ali Khamenei, Dubes Prancis Dipanggil
NDTV