TEMPO.CO, Jakarta - Taiwan menahan tiga perwira aktif dan seorang pensiunan perwira Angkatan Udara yang diduga menjadi mata-mata untuk China, Kantor Berita Pusat di Taipei melaporkan pada Kamis 5 Januari 2023. Ini sebuah kasus yang mengisyaratkan sejauh mana Beijing mengintai tetangganya yang jauh lebih kecil.
Baca juga: Presiden Taiwan Tawarkan Bantuan kepada China Untuk Atasi Lonjakan Covid
Mantan perwira itu meninggalkan militer pada 2013 dan mulai melakukan bisnis di China, di mana dia direkrut untuk membangun jaringan spionase, kata outlet media semi-resmi itu, tanpa menyebutkan dari mana ia mendapatkan informasi tersebut.
Jaksa Taiwan mencurigai dia merekrut enam petugas dan dibayar antara NT$200.000-NT$700.000 atau Rp101 juta-Rp356 juta melalui perusahaan cangkang, CNA melaporkan Rabu malam. Dia dan tiga perwira yang bertugas di Angkatan Udara dan Angkatan Laut ditahan di selatan kota Kaohsiung, dan tiga perwira aktif lainnya dibebaskan dengan jaminan.
Taiwan telah berjuang untuk menyingkirkan spionase dalam militernya oleh China, yang memiliki lebih banyak sumber daya. AS – pendukung militer terbesar Taiwan – telah lama mengkhawatirkan kemampuan pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu untuk menjaga teknologi dan rahasia lainnya dari tangan Beijing.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada November bahwa mata-mata China merupakan “ancaman serius.” Komentar itu muncul ketika pihak berwenang meluncurkan penyelidikan terhadap seorang perwira infanteri karena diduga mengambil NT$40.000 atau Rp20 juta sebulan dari China untuk mengumpulkan intelijen dan menyerah jika perang pecah, CNA sebelumnya melaporkan.
Masalah mata-mata mempengaruhi tingkat tertinggi militer Taiwan.
Mantan Wakil Menteri Pertahanan Chang Che-ping — yang pernah menjadi pejabat militer terpenting ketiga Taiwan — diselidiki pada 2021 karena kekhawatiran tentang kontak dengan jaringan mata-mata China.
Dia dibebaskan dan menjadi saksi dalam kasus yang mengarah pada dakwaan atas tuduhan mata-mata pada Juni terhadap seorang pensiunan jenderal dan letnan kolonel.
AS meningkatkan dukungan militernya untuk Taiwan, yang tahun lalu mendeteksi sekitar 1.700 serangan pesawat perang ke zona identifikasi pertahanan udara yang sensitif dan lebih dari 660 kapal di perairan terdekat. Anggota parlemen AS pada Desember menyetujui anggaran pengeluaran US$1,7 triliun yang memungkinkan penjualan senjata hingga US$10 miliar ke Taiwan.
Baca juga: Mata-mata Cina telah Menyusup ke Militer Taiwan
AL ARABIYA