TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Myanmar berparade dan senjata-senjata dipamerkan di ibu kota Naypyidaw pada Rabu, 4 Januari 2023, untuk memperingati 75 tahun kemerdekaan Myanmar dari Inggris. Pada hari yang sama, Junta Militer Myanmar mengumumkan pembebasan sekitar 7 ribu tahanan.
Myanmar mendeklarasikan kemerdekaan dari penjajahan Inggris pada 4 Januari 1948, setelah perjuangan panjang yang diperjuangkan oleh Jenderal Aung San, mendiang ayah Aung San Suu Kyi. Perayaan ini hanya beberapa hari setelah penguasa militer negara itu memvonis Suu Kyi, pemimpin yang terpilih secara demokratis, dengan hukuman penjara 33 tahun.
Baca juga: Turun Dua Ribu, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1 Juta Per Gram
Paing Takhon (kanan) saat demo menentang kudeta militer di Yangoon, Februari 2021. (Myanmar Now)
Agence France-Presse, seperti dikutip Al Jazeera mewartakan, tank, peluncur rudal, dan mobil lapis baja meluncur di udara pada subuh menuju lapangan parade di ibu kota pada Rabu, 4 Januari 2022 untuk memulai prosesi militer yang menandai peringatan 75 tahun kemerdekaan. PNS dan siswa sekolah menengah mengikuti pasukan, diiringi oleh band militer. Salut 21 senjata menyambut penguasa militer negara itu, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, saat dia tiba di lapangan pawai.
Hari Kemerdekaan biasanya ditandai dengan permainan jalanan yang meriah, pawai, dan pertemuan di taman dan ruang umum. Namun sejak kudeta militer, perayaan hari libur sebagian besar diredam karena orang-orang tinggal di rumah sebagai bentuk protes terhadap militer. Petak-petak Myanmar telah dilanda pertempuran antara pasukan pemerintah dan pejuang anti-kudeta sejak militer merebut kekuasaan hampir dua tahun lalu.
Reuters melansir penyiar negara MRTV pada Rabu, 4 Januari 2023 menyebut Pemerintah militer Myanmar akan memberikan amnesti dengan membebaskan 7.012 tahanan untuk menandai hari kemerdekaan negara itu. Pihak berwenang biasanya membebaskan beberapa tahanan untuk menandai hari ketika Myanmar mendeklarasikan kemerdekaan dari kekuasaan Inggris.
MRTV mengatakan amnesti terbaru tidak akan mencakup mereka yang dihukum karena pembunuhan dan pemerkosaan, atau dipenjara karena tuduhan terkait bahan peledak, pergaulan yang melanggar hukum, senjata, obat-obatan, penanggulangan bencana alam dan korupsi. Belum jelas apakah ada tahanan politik yang akan dibebaskan.
Myanmar menghadapi isolasi internasional dan sanksi yang dipimpin Barat sejak militer merebut kekuasaan dari Suu Kyi, sang peraih nobel, hampir dua tahun lalu. Suu Kyi, 77 tahun, menerima vonis dan hukuman bersalah terakhirnya pada Jumat lalu. Kelompok HAM menyebut semua tuduhan terhadap Suu Kyi bermuatan politik.
Menurut surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah junta, Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim salam tulus dan mengantisipasi perkembangan lebih lanjut hubungan kedua negara. Rusia adalah sekutu penting dan pemasok senjata rezim militer yang terisolasi, yang mengatakan bahwa invasi Moskow ke Ukraina “dibenarkan”.
Sementara pemimpin junta memuji beberapa negara karena mempertahankan dukungan regional maupun global untuk bangsanya di tengah tekanan dan kritik internasional. “Kami bekerja sama erat dengan negara-negara tetangga seperti Cina, India, Thailand, Laos, dan Bangladesh. Kami akan bekerja sama untuk stabilitas dan pembangunan perbatasan," kata Jenderal Min Aung Hlaing.
REUTERS | AL JAZEERA
Moskow: Dukungan AS Kepada Ukraina untuk Melemahkan Rusia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini