TEMPO.CO, Jakarta - Boris Filatov, Wali Kota Dnipro, menyarankan agar salad Olivier dan Shuba tidak disantap oleh masyarakat Ukraina. Salad Olivier dan Shuba adalah santapan tradisional yang dinikmati selama perayaan tahun baru di banyak negara bekas pecahan Uni Soviet.
“Saya ingin mengatakan pada Anda kebenaran, saya tidak bisa melahap salad Olivier dan Shuba lagi dna ini sudah hari ketiga (tidak makan salad itu). Ada sebuah ajakan, ayo secara bertahap jangan memakan makanan kebiasaan Soviet itu. Jujur saja ‘pergilah Moskow’,’” kata Filatov, lewat Telegram, Senin, 2 Januari 2022.
Akan tetapi, Filatov mengatakan dia tidak masalah dengan makanan khas Rusia lainnya, seperti Kholodets, hanya saja dia akan perlahan meninggalkannya khususnya saat disajikan dengan mustard.
Unggahan Filatov di Telegram tersebut ditulis dalam bahasa Ukraina dan tampaknya ditujukan sebagai guyonan. Namun media di Rusia mempublikasikan ucapan Filatov tersebut, yang langsung ditanggapi kalau wartawan – wartawan rusia bodoh dan tak punya selera humor. Dnipro adalah kota terbesar keempat di Ukraina.
“Daging beku yang kita makan terbuat dari bayi-bayi orthodok,” kata Filatov, yang kemungkinan sebagai guyonan.
Salad Olivier diyakini awalnya ditemukan pada 1860 oleh chef bernama Lucien Oliver, yang berkerja di restoran papan atas di Moskow saat itu bernama The Hermitage. Salad Olivier berisi belibis, daging sapi muda, caper, kaviar, dan udang karang serta beberapa bahan lainnya.
Sedangkan salad Shuba diyakini pertama kali disajikan pada 1919 oleh seorang pedagang bernama Anastas Bogomolov, yang memiliki sebuah restoran di Moskwo. Salad ini berisi ikan hering, bawang, kentang, wortel dan buah bit yang semuanya diaduk dengan mayo.
Sumber: RT.com
Baca juga: Harga Telur Melonjak, Mendag: Kalau Naiknya Lebih dari 5 Persen, Wali Kota Turun Tangan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.