TEMPO.CO, Jakarta - Nelayan Filipina yang terpukul oleh sengketa teritorial selama bertahun-tahun di Laut Cina Selatan berharap mendapatkan akses penuh ke laguna kaya sumber daya yang menurut mereka dijaga oleh Penjaga Pantai China. Asa ini muncul saat Presiden Ferdinand Marcos Jr memulai kunjungan tiga harinya ke ibu kota China, Beijing.
Baca juga: Marcos Jr ke Beijing Bertemu Xi Jinping untuk Bahas Laut Cina Selatan
Dalam kunjungan kenegaraan pertamanya di luar Asia Tenggara, Presiden Marcos menuju ke Beijing pada Selasa malam dengan tujuan untuk meningkatkan perdagangan dan hubungan bilateral.
Dia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan pejabat tinggi lainnya pada Rabu 4 Januari 2023 untuk membahas sejumlah kerja sama, termasuk pertanian, energi terbarukan, infrastruktur, dan pariwisata.
Di antara sejumlah perjanjian yang diharapkan Filipina untuk ditandatangani dengan Beijing adalah salah satu yang bertujuan untuk mencegah miskomunikasi atas perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan. Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan atas masalah paling pelik antara kedua negara.
Kedua belah pihak telah berulang kali berselisih tentang aktivitas China di Laut Cina Selatan, termasuk klaim kedaulatan Beijing atas sebagian besar pulau dan perairan di kawasan itu.
Salah satu area tersebut adalah Scarborough Shoal, segitiga terumbu karang dan bebatuan seluas 150 kilometer persegi yang menjadi lokasi ketegangan antara Filipina dan China pada 2012.
Kebuntuan menyebabkan Filipina mengajukan gugatan ke pengadilan arbitrase, yang memutuskan pada 2016 bahwa klaim sembilan garis putus-putus China tidak valid.
Juga diputuskan bahwa beting, yang kaya akan sumber daya laut, merupakan tempat penangkapan ikan yang umum bagi nelayan artisanal dan skala kecil.
Terlepas dari keputusan panel internasional, Penjaga Pantai China masih mengontrol akses ke laguna dalam yang berharga di Scarborough yang terkenal dengan hasil tangkapannya yang melimpah.