Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kaleidoskop 2022: Hasil Pertemuan COP27 dan KTT G20 Bali

Reporter

image-gnews
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah), Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (keempat kiri) dan sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara G20 berjalan menuju lokasi penanaman pohon mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai pada hari kedua KTT G20 Indonesia di Denpasar, Bali, Rabu, 16 Desember 2022. ANTARA/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah), Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (keempat kiri) dan sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara G20 berjalan menuju lokasi penanaman pohon mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai pada hari kedua KTT G20 Indonesia di Denpasar, Bali, Rabu, 16 Desember 2022. ANTARA/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay
Iklan

TEMPO.CO, JakartaKaleidoskop 2022, setidaknya ada dua pertemuan tingkat internasional yang cukup penting pada November 2022. Pertama, pertemuan COP27 di Kairo, Mesir yang diselenggarakan pada 10 November 2022.

Pertemuan COP27 adalah rapat tingkat internasional yang membahas permasalahan iklim. Rapat tersebut di antaranya membahas permintaan negara-negara Afrika agar diizinkan mengembangkan sumber daya dengan bahan bakar fosil untuk membantu mengangkat rakyat mereka keluar dari kemiskinan.

Tekanan untuk meninggalkan hidrokarbon melemah tahun ini menyusul invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga energi dan mendorong inflasi ke level tertinggi selama beberapa dekade.

Negara-negara dengan komitmen mengikat untuk beralih ke energi rendah karbon akhirnya mengubah prioritas, setidaknya dalam jangka pendek dan negara-negara Afrika melihat potensi pasar ekspor baru, serta peluang untuk mengakhiri kemiskinan bahan bakar domestik.

"Ada banyak perusahaan minyak dan gas yang hadir di COP karena Afrika ingin mengirim pesan bahwa kami akan mengembangkan semua sumber daya energi kami untuk kepentingan rakyat kami karena masalah kami adalah kemiskinan energi," kata komisaris perminyakan Namibia. Maggy Shino, yang bekerja di Kementerian Pertambangan dan Energi negara itu.

Menggemakan komentar dari negara-negara Afrika lainnya, Shino mengatakan negara-negara kaya telah gagal memberikan dana yang dijanjikan untuk membantu mereka memperluas energi bersih daripada mengeksploitasi sumber daya bahan bakar fosil mereka.

Dua minggu penuh Konferensi Perubahan Iklim PBB yang ke-27 atau COP27 berakhir pada Minggu 20 November 2022. Kebanyakan ilmuwan iklim frustasi pada hasil-hasil yang disepakati yang dinilai minim ambisi untuk penghapusan bahan bakar fosil.

Dokumen ringkasan final COP27 setebal 10 halaman, yang disepakati pada 20 November 2022, menyatakan pembatasan pemanasan global hanya sampai 1,5 derajat Celsius di atas suhu di masa pra-industri membutuhkan reduksi emisi gas rumah kaca yang cepat, dalam dan berkelanjutan pada 2030. 

Tapi, seruan untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil - sebagai sumber emisi gas rumah kaca itu--dihadang oleh negara-negara penghasil minyak, dan sebagian delegasi berusaha menemukan alasan untuk tetap bergembira meski laju dekarbonisasi sangat lambat. Banyak yang menyalahkan krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina sebagai sebab minimnya progres penghapusan bahan bakar fosil tersebut.

Catatan rekor 45 ribu orang hadir di COP27 malah menuntun sebagian orang untuk mempertanyakan apakah format konferensi sudah cocok untuk penanganan sebuah kedaruratan di Bumi. "Negosiasi-negosiasi yang terjadi benar-benar tak menggambarkan realitas," kata Sunita Narain, Direktur Jenderal Pusat Sains dan Lingkungan, sebuah organisasi riset di New Delhi, India. 

KTT G20 Bali  

Pertemuan penting kedua pada November 2022 adalah KTT G20 Bali. Ini untuk pertama kalinya KTT G20 diselenggarakan dalam kondisi geopolitik yang serba tak menentu setelah invasi Rusia ke Ukraina. KTT G20 pada 15 November 2022, menghasilkan leaders' declaration, di tengah keraguan tercapainya konsensus antara negara anggota disebabkan oleh tegangan geopolitik.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan Indonesia sudah melalui jalan terjal yang panjang hingga akhirnya dapat sampai pada kesepakatan bersama di KTT G20 Bali. Komunike, juga hasil konkret dari G20, adalah ekspektasi yang dinanti oleh semua pihak.

Fokus Indonesia sebagai presidensi G20 adalah pemulihan ekonomi global pasca-pandemi Covid-19, dengan prioritas bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi. Namun, pertemuan kepala negara anggota G20 kali ini dibayangi oleh krisis global di sektor pangan dan energi, yang dipicu oleh perang Ukraina.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti telah diperkirakan para analis, isu Ukraina mendominasi KTT G20. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menyampaikan pidato secara virtual di sesi pertama KTT G20 pada Selasa, 15 November 2022, menyerukan forum G20 agar ikut membantu menghentikan invasi Rusia. Negara-negara Barat  juga menyampaikan seruan serupa.  

Leaders' declaration diadopsi oleh kepala negara-negara anggota pada 16 November. Babak terakhir perundingan di tingkat sherpa, termasuk soal geopolitik yang membuat perdebatan sengit, berlangsung mulai 10 hingga 14 November.

Dalam kesempatan wawancara yang sama dengan Tempo, Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani, menggambarkan, Indonesia sudah melakukan segala strategi dan pendekatan diplomatik yang diperlukan dengan semua pihak, untuk mencapai komunike di KTT G20.

Baca juga: Dana BPDLH Mencapai Rp 14,52 Triliun, Airlangga: Menjembatani Hasil COP 27 dan KTT G20

Menurut keterangan resmi deklarasi paragraf 3, G20 menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas risiko ketahanan pangan global yang ditimbulkan oleh naiknya ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Leaders' declaration setebal 17 halaman itu menyesalkan dalam istilah terkuat agresi Rusia terhadap Ukraina, dan menuntut penarikan pasukan Rusia secara penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.

Dalam deklarasi tersebut ditegaskan G20 memang bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan. Namun, anggota G20 mengakui masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global. Pernyataan bersama itu juga menyebut terdapat perbedaan pandangan mengenai masalah ini dan sanksi.

Retno menyebut pendekatan diplomatik Indonesia berlangsung secara berkelanjutan dan konstruktif, seperti dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri G20 di Bali dan Sidang Umum PBB di New York. Dalam setiap perundingan, Indonesia mengedepankan substansi untuk menyelamatkan G20 terlebih dahulu.

Terlepas dari pernyataan Lavrov itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut Moskow secara umum cukup positif dengan Leaders' declaration atau komunike yang dicapai dalam KTT G20 Bali. Ajudan Presiden Rusia Vladimir Putin itu mengakui hasil tersebut mencerminkan ada perbedaan dalam forum tersebut.

 Baca juga: Kaleidoskop 2022: Momentum Fajar / Rian ke Puncak Peringkat Bulu Tangkis Dunia

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.       

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

2 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

9 hari lalu

Siklon Tropis Megan (BMKG)
Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

Sebanyak 94 negara peserta salah satu forum meteorologi dunia, SERCOM Ke-3, mengadopsi empat kebijakan terkait layanan cuaca dan iklim.


BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

23 hari lalu

Peneliti Ahli Madya di PRSDI BRIN, Devi Munandar, menjelaskan metode analisis iklim yang dikembangkannya melalui webinar, Rabu, 27 Februai 2024. Dok. Humas BRIN
BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

Model menggunakan data mining pada peramalan data iklim di Jawa Barat.


Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

45 hari lalu

Seorang warga berjalan di dekat instalasi
Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.


Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

49 hari lalu

Pemandangan danau Tefe di sungai Solimoes yang terkena dampak suhu panas dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 1 Oktober 2023. REUTERS/Bruno Kelly
Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

Januari 2024 memecahkan rekor bulan terpanas dunia, menurut catatan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa.


Sejumlah Anggota Dewan Keamanan PBB Desak Rusia Tarik Pasukan dari Ukraina

50 hari lalu

Tentara dari Republik Chechnya terlihat di tengah pertempuran konflik Ukraina-Rusia di kota Mariupol, Ukraina, 15 April 2022. Tidak hanya di Ukraina, pasukan ini juga membantu Rusia dalam perang di Suriah dan Georgia. REUTERS/Chingis Kondarov
Sejumlah Anggota Dewan Keamanan PBB Desak Rusia Tarik Pasukan dari Ukraina

Sejumlah anggota Dewan Keamanan PBB mendesak Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina dalam pertemuan yang diadakan atas permintaan Moskow.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

55 hari lalu

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Kajian Iklim 2021-2050 BRIN, Pulau Jawa Makin Panas dan IKN Kekeringan Ekstrem

56 hari lalu

Ilustrasi kekeringan. (ANTARA/Mohammad Ayudha/dok)
Kajian Iklim 2021-2050 BRIN, Pulau Jawa Makin Panas dan IKN Kekeringan Ekstrem

Kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan, termasuk IKN.


Studi: Wilayah Kering Lebih Rentan Kebakaran Hutan dan Suhu Ekstrem

23 Januari 2024

5 lapisan atmosfer dan ciri cirinya. Foto: Canva
Studi: Wilayah Kering Lebih Rentan Kebakaran Hutan dan Suhu Ekstrem

Hasil penelitian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wilayah kering dan semi-kering bisa lebih rentan kebakaran hutan dan panas ekstrem.


FITRA Ungkap 3 Krisis Lingkungan yang Mengancam Masa Depan, Apa Saja?

16 Desember 2023

Sejumlah masyarakat dan nelayan yang tergabung dalam komunitas pegiat lingkungan Lingkar Juang Karimunjawa bersama aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia dan lintas komunitas pecinta alam menggunakan kayak sambil membentangkan spanduk saat aksi SaveKarimunjawa di tepi pantai yang tercemar limbah tambak udang di Desa Kemujan, kepulauan wisata bahari Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Selasa, 19 September 2023. Dalam aksi tersebut mereka menuntut penutupan tambak udang vaname intensif sebanyak 39 titik tak berizin karena merusak ekosistem lingkungan hidup, mengganggu sektor ekonomi masyarakat nelayan, petani rumput laut serta pariwisata akibat pencemaran sisa limbah dan deforestasi hutan mangrove yang juga dinilai akan memperparah krisis iklim. ANTARA FOTO/Aji Styawan
FITRA Ungkap 3 Krisis Lingkungan yang Mengancam Masa Depan, Apa Saja?

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Misbah Hasan, mengungkap tiga krisis lingkungan yang mengancam masa depan bumi dan manusia (triple planetary crisis). Apa saja?