TEMPO.CO, Jakarta - Kaleidoskop 2022 internasional diisi dengan kabar mengenai perang, jatuh dan bangunnya dinasti politik, hingga aksi protes menuntut keadilan sosial. Tahun ini, cerita mengenai kematian tokoh penting seperti Ratu Elizabeth II dari Inggris, tragedi mematikan Itaewon di Korea Selatan, hingga ketegangan diplomatik di Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 yang digelar di Bali juga mewarnai pemberitaan.
Perang Rusia Ukraina memicu panasnya suhu geopolitik sepanjang tahun. Sentimen historis dua negara bekas jajahan Soviet menuntun agresi yang memunculkan kekhawatiran terjadinya konfrontasi senjata nuklir. Eskalasi militer memuncak di Eropa sampai berdampak pada kegentingan pangan global, dan ketersediaan energi di Benua Biru. Krisis biaya hidup jadi akibat yang tak terhindarkan di Inggris, mewarnai gejolak politik dalam negeri dan instabilitas ekonomi, yang menurut London diperparah oleh perang Presiden Vladimir Putin.
Selengkapnya, Tempo telah merangkum 10 peristiwa penting dunia yang berlangsung sepanjang 2022.
Perang Rusia - Ukraina
Kaleidoskop 2022 dimulai dari Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan apa yang disebutnya sebagai operasi militer ke Ukraina pada 24 Februari, dengan tujuan melucuti kekuatan nasionalis ekstrem di negara tersebut. Putin menyebut langkah itu perlu dilakukan sebab Barat telah memprovokasi Rusia.
Menjelang malam tanggal 25 Februari 2022, sehari setelah tank Rusia menyeberang ke Ukraina dalam serangan militer terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, pasukan Moskow telah mencapai pinggiran Kyiv. Dengan ledakan tembakan artileri jarak jauh di ibu kota, Kementerian Pertahanan Ukraina mendesak warga untuk membangun bom bensin untuk mengusir penjajah.
Presiden Volodymyr Zelensky memfilmkan dirinya dengan para pembantunya di jalan-jalan kota, bersumpah untuk mempertahankan kemerdekaan negaranya. "Malam ini, mereka akan melancarkan serangan. Kita semua harus mengerti apa yang menanti kita. Kita harus bertahan malam ini," katanya.
Serangan itu tidak pernah terjadi – dan 10 bulan kemudian, "operasi militer khusus" Moskow terhenti. Di beberapa tempat, itu mundur. Banyak orang di Moskow mengharapkan militer Rusia untuk meraih kemenangan, menggulingkan pemerintahan Zelensky dan memasang rezim yang lebih bersahabat. Pasukan Ukraina diperkuat oleh persenjataan Barat bernilai miliaran dolar. Negara-negara Barat juga membantu Kyiv dengan memberi tekanan melalui sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik untuk Moskow di forum internasional.
Rusia tetap menguasai sebagian besar wilayah timur dan selatan Ukraina, dengan setidaknya 40.000 warga sipil telah tewas dan 14 juta orang mengungsi dalam konflik yang menggila. Saat ini peperangan masih berlangsung dan Ukraina mendapatkan pukulan hebat di musim dingin sebab Rusia menargetkan infrastruktur energi.
Anak Diktator Filipina Ferdinand Marcos Jadi Presiden