TEMPO.CO, Jakarta - Media Pemerintah China menyebut persyaratan pengujian Covid-19 yang diberlakukan oleh beberapa negara terhadap pelancong dari negaranya bersifat diskriminatif.
Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, memberlakukan pembatasan terhadap pendatang dari China sebagai tanggapan atas gelombang infeksi virus corona yang melonjak di sana.
"Tujuan sebenarnya adalah untuk menyabotase tiga tahun upaya pengendalian Covid-19 China dan menyerang sistem negara. Pembatasan itu tidak berdasar dan diskriminatif," kata tabloid milik pemerintah Global Times dalam sebuah artikel Kamis malam, 29 Desember 2022.
China bulan ini melepas aturan ketat Covid-19 demi keluar dari pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil imbas pandemi. Kebijakan terbaru itu membuat jumlah kasus harian di China melonjak dan sistem kesehatan merapuh.
Ketidakpastian data penyebaran virus corona dan angka kematian yang dibagikan pemerintah, mendorong negara-negara untuk memberlakukan atau mempertimbangkan pembatasan pada pelancong dari China. Amerika Serikat, Korea Selatan, India, Italia, Jepang, dan Taiwan memberlakukan tes Covid-19 untuk pelancong dari China.
Italia pada Kamis, 29 Desember 2022, mendesak seluruh Uni Eropa untuk mengikuti jejaknya. Prancis, Jerman, dan Portugal mengatakan mereka tidak melihat perlunya pembatasan perjalanan baru, sementara Austria telah menekankan manfaat ekonomi dari kembalinya turis China ke Eropa. Pengeluaran global oleh pengunjung Tiongkok bernilai lebih dari USD$250 miliar setahun sebelum pandemi.
China, negara berpenduduk 1,4 miliar orang, melaporkan satu kematian Covid-19 baru untuk Kamis, 29 Desember 2022, sama seperti hari sebelumnya. Angka itu dicurigai tidak sesuai dengan pengalaman negara lain setelah dibuka kembali.
Perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris Airfinity mengatakan pada Kamis, 29 Desember 2022, bahwa sekitar 9.000 orang di China mungkin meninggal setiap hari akibat Covid. Kematian kumulatif di China sejak 1 Desember kemungkinan mencapai 100.000, dengan total infeksi 18,6 juta, katanya.
Airfinity memperkirakan infeksi Covid di China mencapai puncak pertamanya pada 13 Januari, dengan 3,7 juta kasus per hari.
Pemerintah China melaporkan, jumlah kematian resmi sejak pandemi dimulai berjumlah 5.247. Hong Kong yang dikuasai China, sebuah kota berpenduduk 7,4 juta, telah melaporkan lebih dari 11.000 kematian.
Amerika Serikat menyuarakan keprihatinan tentang potensi mutasi virus di negara terpadat di dunia itu, serta atas transparansi data China. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS sedang mempertimbangkan pengambilan sampel air limbah dari pesawat internasional untuk melacak varian baru yang muncul.
Sementara itu, menyesuaikan dengan peraturan baru, China akan berhenti mewajibkan pelancong yang masuk melakukan karantina mulai 8 Januari 2023. Akan tetapi turis yang datang ke China masih akan dituntut hasil tes PCR negatif dalam waktu 48 jam sebelum keberangkatan.
REUTERS