TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Kesehatan Filipina belum melihat kebutuhan untuk menutup perbatasan atau memberlakukan pembatasan COVID-19 yang lebih ketat pada pelancong China yang masuk. Hal ini diungkapkan petugas yang bertanggung jawab di badan itu, Maria Rosario Vergeire.
Baca juga: Separuh Penumpang Pesawat dari China ke Italia Positif Covid
Badan tersebut yakin bahwa protokol kesehatan yang ada sudah cukup, kata Vergeire dalam pengarahan pers pada Kamis 29 Desember 2022.
“Kami tidak bisa hanya menutup, lalu membukanya, lalu menutupnya lagi. Kami bergerak maju,” kata Vergeire.
China pada bulan ini melepas kebijakan ketat COVID-19 untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi negaranya. Pencabutan pembatasan itu menyusul protes yang meluas terhadap kebijakan nol-COVID tersebut.
Beijing melaporkan tiga kematian baru terkait COVID-19 untuk Selasa, 27 Desember 2022. Angka kematian yang sedikit di tengah gelombang besar penyebaran virus corona tersebut memicu keraguan sejumlah negara-negara.
Pada Rabu malam, 28 Desember 2022, Amerika Serikat menjadi negara kelima setelah India, Italia, Jepang, dan Taiwan yang mengatakan akan mewajibkan tes COVID-19 untuk pelancong dari China.
Tingkat vaksinasi keseluruhan China ada di atas 90 persen, tetapi tingkat untuk orang dewasa yang telah mendapatkan suntikan penguat turun menjadi 57,9 persen. Sementara menurut data pemerintah pekan lalu, untuk orang berusia 80 tahun ke atas tercatat 42,3 persen.
Negara ini memiliki sembilan vaksin COVID yang dikembangkan di dalam negeri yang disetujui untuk digunakan, tetapi tidak ada yang diperbarui untuk menargetkan varian Omicron yang sangat menular.
Baca juga: Inggris Pertimbangkan Pembatasan COVID-19 bagi Pendatang dari China
AL ARABIYA