TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan masjid di wilayah Daehyeon-dong di Daegu, Korea Selatan ditentang oleh penduduk setempat. Mereka memprotes pendirian masjid yang diprakarsai oleh beberapa migran Muslim.
Baca: Deretan Polemik Hook Entertainment dengan Selebritas Korea Selatan Selama 2022
Berdasarkan laporan di Korea Herald, pada 15 Desember, penduduk setempat berkumpul untuk merayakan pesta dan memanggang babi di lokasi pembangunan masjid yang diusulkan. Hal itu sebagai bentuk protes atas pembangunan masjid beberapa anggota komunitas Muslim yang tinggal di Korea Selatan.
Pembangunan masjid tersebut ditentang keras oleh warga Korea setempat. Mereka telah membentuk komite anti-masjid Daegu.
Berdasarkan foto-foto yang beredar di media sosial, para penduduk mengadakan pesta barbeque yang menunjukkan kepala babi dipajang di atas meja kecil. Babi tersebut dipanggang oleh warga yang antusias yang terlihat menikmati banyak hidangan daging babi di pesta terbuka itu.
Pada hari yang sama ketika mereka memanggang babi utuh di lokasi masjid, warga Korea setempat mengadakan konferensi pers di dekat gerbang Barat Universitas Nasional Kyungpook. Mereka menyatakan bahwa seorang penduduk setempat telah diserang oleh seorang mahasiswa asal Pakistan.
“Mahasiswa Pakistan itu didakwa dengan pelanggaran singkat karena mendorong lengan seorang penduduk Daehyeon-dong yang mencoba membongkar tenda pemilik konstruksi,” ujar panitia. Hakim telah menjatuhkan denda untuk pelanggaran ringan tanpa pengadilan formal. Anggota komite anti-masjid Daegu pada Oktober telah memprotes pembangunan masjid dengan menempatkan kepala babi mati yang terpenggal di lokasi pembangunan masjid.
Penduduk setempat mengatakan bahwa penyerangan oleh mahasiswa Pakistan tidak akan dianggap enteng. Mereka lalu merayakan pesta akhir tahun dan memanggang babi utuh di dekat lokasi pembangunan masjid. Untuk menjaga hukum dan ketertiban serta mencegah bentrokan, Kantor Polisi Distrik Utara Daegu telah mengerahkan personel dari tim darurat yang bersiaga di dekat lokasi konstruksi.
Konflik antara penduduk lokal Korea dan Muslim di wilayah tersebut telah berlangsung selama bertahun-tahun. Kabarnya komunitas kecil Muslim yang tinggal di areal tersebut telah mengadakan salat di gedung lokal sejak 2014.
Namun pada 2020, enam Muslim dari Pakistan dan Bangladesh membeli sebidang tanah di lingkungan yang sama. Pada bulan Desember tahun itu, mereka mendapatkan izin dari otoritas setempat untuk membangun masjid sepanjang 20 meter.
Para imigran Muslim berpendapat bahwa rumah sebelumnya yang digunakan untuk sholat, hanya dapat menampung 150 jamaah. Rumah itu tidak memiliki sistem pendingin dan pemanas lantai.
Tetangganya yang merupakan orang Korea, menentang pembangunan masjid karena khawatir akan kebisingan dan kepadatan di gang yang disebabkan. Penduduk setempat khawatir masjid berarti masuknya umat Islam secara tiba-tiba ke daerah tersebut dan akan menyebabkan kemacetan dan ketidaknyamanan akibat parkir serta keramaian.
Setelah memberikan izin pembangunan masjid pada Desember 2020, pemerintah kabupaten dihujani keluhan dari warga Korea. Di bawah tekanan dari semua pihak, para pejabat mencabut persetujuan mereka pada Februari 2021.
Pekerjaan konstruksi sempat terhenti selama beberapa waktu. Pembangunan kembali dilanjutkan karena komunitas Muslim memenangkan kasus di pengadilan pada Desember 2021. Pengadilan tinggi menguatkan keputusan pengadilan rendah pada bulan September tahun ini yang mengizinkan pembangunan masjid.
Beberapa spanduk penentangan dipasang di lingkungan sekitar. “Islam adalah agama jahat yang membunuh orang,” tulis salah satu poster. Poster lain berbunyi, “Kami sangat menentang pembangunan masjid Islam.”
Penduduk setempat terkadang memblokir pintu masuk ke lokasi dengan kendaraan yang diparkir, bahkan terkadang mereka meletakkan kepala babi yang terpenggal. Dalam Islam, daging babi adalah haram.
Meski ditentang, pembangunan masjid tersebut hampir selesai. Masjid akan beroperasi pada akhir 2022.
Simak: Drone Korea Utara Langgar Perbatasan, AS Siap Lindungi Korea Selatan
OPINDIA