TEMPO.CO, Jakarta - ByteDance, perusahaan pemilik aplikasi video populer TikTok, pada hari Kamis, 22 Desember 2022, mengakui ada beberapa karyawannya yang secara tidak benar mengakses data pengguna TikTok, yakni dua jurnalis. Semua karyawan yang terlibat, dipastikan sudah tidak lagi dipekerjakan oleh perusahaan tersebut.
ByteDance adalah perusahaan yang bermarkas di Cina. Karyawan ByteDance disebutkan mengakses data pengguna tersebut, namun berhasil digagalkan setelah ByteDance melakukan langkah dalam menyelidiki kebocoran informasi perusahaan pada awal tahun ini. Penasihat Umum ByteDance Erich Andersen mengatakan pihaknya mencoba mengidentifikasi potensi hubungan antara dua jurnalis, yakni mantan reporter BuzzFeed dan reporter Financial Times, dan karyawan perusahaan, email dari ByteDance kata
Baca juga: Pulang dari Washington, Volodymyr Zelensky Bertemu Presiden Polandia
Ilustrasi Hacker atau Peretas. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Seperti dilansir dari Reuters, karyawan yang melanggar aturan tersebut melihat alamat IP jurnalis yang mencoba mengetahui apakah mereka berada di lokasi yang sama dengan karyawan yang diduga membocorkan informasi rahasia.
Kabar soal ini sebelumnya diwartakan oleh New York Times. Kejadian ini, dapat menambah tekanan pada TikTok di Washington, di mana anggota parlemen dan pemerintahan Jow Biden menyoroti masalah keamanan data para pengguna TikTok di Amerika Serikat.
Seseorang yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut mengatakan ada empat karyawan ByteDance yang terlibat dalam insiden tersebut dan mereka sudah dipecat. Dari empat karyawan itu, dua dari Cina dan dua dari Amerika Serikat. Pejabat di ByteDance mengatakan mereka mengambil langkah tambahan untuk melindungi data pengguna.
Kongres Amerika Serikat pada Minggu ini akan mengesahkan undang-undang yang melarang PNS mengunduh atau menggunakan TikTok di perangkat milik pemerintah yang digunakan oleh mereka. Puluhan gubernur di seluruh Amerika Serikat juga telah melarang PNS di sana menggunakan TikTok di perangkat milik negara.
The Financial Times mengatakan memata-matai wartawan, mengganggu pekerjaan mereka atau mengintimidasi sumber mereka sama sekali hal yang tidak dapat diterima. Pihaknya akan menyelidiki kasus ini lebih lengkap sebelum memutuskan tanggapan formal.
Sedangkan Juru bicara BuzzFeed News Lizzie Grams mengatakan perusahaan sangat terganggu oleh laporan tersebut. Hal ini juga menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap privasi dan hak jurnalis serta pengguna TikTok.
Forbes pada Kamis, 22 Desember 2022, mengatakan ByteDance telah melacak beberapa jurnalis Forbes termasuk beberapa yang sebelumnya bekerja di BuzzFeed sebagai bagian dari kampanye pengawasan rahasia yang bertujuan menemukan sumber kebocoran. Randall Lane, Kepala bidang Konten di Forbes, menyebutnya kejadian ini sebagai serangan langsung terhadap gagasan, kebebasan pers dan peran kritisnya dalam demokrasi yang berfungsi.
Kepala Eksekutif TikTok Shou Zi Chew mengatakan dalam email terpisah perbuatan karyawan ini sama sekali tidak mewakili prinsip perusahaan. Pihaknya pun berjanji akan terus meningkatkan protokol akses ini, yang telah ditingkatkan dan diperkuat secara signifikan sejak inisiatif ini dilakukan.
Chew mengatakan selama 15 bulan terakhir ByteDance telah bekerja membangun Keamanan Data TikTok AS (USDS) untuk memastikan data pengguna TikTok Amerika Serikat tetap terlindungi.
"Kami sedang menyelesaikan migrasi manajemen data pengguna Amerika Serikat yang dilindungi ke divisi USDS dan telah secara sistematis memutus jalur akses," tulisnya.
ByteDance juga mengatakan sedang merestrukturisasi Divisi Audit Internal dan Pengendalian Risiko, dan Fungsi Investigasi Global agar dipisahkan dan direstrukturisasi.
Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS), yakni sebuah badan keamanan nasional Amerika Serikat, selama berbulan-bulan berupaya mencapai kesepakatan keamanan nasional dengan ByteDance untuk melindungi data lebih dari 100 juta pengguna TikTok di negeri Abang Sam, tetapi tampaknya tidak ada kesepakatan akan tercapai sebelum akhir 2022.
Sanator dari Partai Republik Marco Rubio mengatakan ikut berkomentar perihal insiden tersebut. Dia menyebut ByteDance sangat ingin meredam kekhawatiran bipartisan yang berkembang tentang bagaimana hal itu memungkinkan Partai Komunis Cina menggunakan - dan berpotensi mempersenjatai - data warga Amerika. Kejadian ini memperjelas perlunya TikTok dilarang di Amerika.
Reuters | Nugroho Catur Pamungkas
Baca juga: Jennifer Lopez Bagi Tips Makeup Salah Satunya Didapat dari TikTok
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.