TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah skandal korupsi yang mengarah pada penahanan mantan Wakil Presiden Parlemen Eropa Eva Kaili, telah menghancurkan kredibilitas organisasi terbesar di Benua Biru tersebut saat Uni Eropa sedang mengalami masa kerapuhan. Kaili dituduh menerima uang suap dari Qatar
“Laporan yang mengungkap anggota Parlemen Eropa terlibat lobi atas nama Pemerintah Qatar dengan menukarnya dengan uang tunai jutaan euro dan sejumlah kado adalah sebuah skandal yang drama yang merusak kredibilitas Uni Eropa, kata Charles Michel, Presiden Dewan Eropa, Rabu, 21 Desember 2022.
Baca juga: Turun Dua Ribu, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1 Juta Per Gram
Menurut Michel, skandal tersebut telah membuat Uni Eropa semakin sulit untuk fokus pada perekonomian dan krisis energi yang berdampak pada kehidupan warga Eropa saat ini. Dia pun menyarankan agar Uni Eropa melakukan sejumlah tindakan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Kita pertama-tama harus belajar dari kasus ini, lalu membuat sebuah paket kebijakan untuk menghindari hal seperti ini di masa depan,” kata Michel.
Sebelumnya Kaili da suaminya Francesco Giorgi ditahan pada awal bulan ini oleh otoritas Belgia, bersama dengan anggota Parlemen Eropa lainnya Antonio Panzeri. Giorgi menyebut Panzeri sebagai ketua geng dalam lingkaran uang suap ini.
Semua yang terlibat dalam kasus ini sudah didakwa berpartisipasi dalam organisasi kriminal, tindak pencucian uang dan korupsi. Otoritas Belgia telah menyita lebih dari 1,5 juta euro (Rp 24 miliar) dalam bentuk aset seperti properti yang ada sangkut-pautnya dengan empat terdakwa dalam kasus ini.
Media di Italia mewartakan diperkirakan 60 anggota Parlemen Eropa baik yang masih menjabat mau pun yang sudah pensiun terlibat dalam skema ini. Kebanyakan dari mereka yang terlibat berasal dari kelompok Socialists dan Reformers di parlemen.
Parlemen Eropa telah menghentikan sementara semua tugas terkait lobi ke Qatar dan baru-baru ini memilih untuk tidak menerima perwakilan dari Qatar masuk ke Eropa. Uni Eropa juga mengutuk tuduhan intervensi asing dalam aktivitas bisnisnya.
Doha sudah menyangkal telah melakukan kesalahan dan memperingatkan anggota Parlemen Eropa kalau keputusan diskriminasi bisa mengganggu suplai energi di Benua Biru, yang mana baru-baru ini meningkatkan konsumsi gas alam Qatar untuk menggantikan suplai dari Rusia yang kena embargo.
Sumber : RT.com
Baca juga: Moskow: Dukungan AS Kepada Ukraina untuk Melemahkan Rusia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.