TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota El Paso, kota perbatasan Texas di antara Amerika Serikat dan Meksiko, menyatakan keadaan darurat pada Sabtu. Seperti dilansir Reuters Ahad 18 Desember 2022, Wali Kota Oscar Leeser menyebut ratusan migran dari Meksiko tidur di jalanan dalam suhu dingin dan ribuan orang ditangkap setiap hari.
Baca juga: Penjara Imigran di Perbatasan Amerika Serikat Kelebihan Kapasitas
Leeser, politikus Demokrat, mengatakan deklarasi darurat itu akan memberi otoritas kota sumber daya dan kemampuan untuk melindungi para migran yang telah melintasi perbatasan Meksiko.
"Kami ingin memastikan orang-orang diperlakukan dengan bermartabat. Kami ingin membuat semua orang aman," kata Leeser kepada wartawan.
Langkah itu dilakukan ketika El Paso, wilayah mayoritas pendukung Demokrat dengan sejarah menyambut imigran, telah berjuang dalam beberapa bulan terakhir untuk menangani puluhan ribu migran yang melintasi perbatasan dengan Meksiko.
Baca Juga:
Kota ini bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kedatangan migran setelah seorang hakim AS memerintahkan diakhirinya pembatasan perbatasan era COVID yang dikenal sebagai Titel 42 pada 21 Desember.
Jumlah migran yang tertangkap saat melintasi perbatasan AS-Meksiko selama pemerintahan Presiden Joe Biden --seorang Demokrat yang menjabat pada Januari 2021-- mencetak rekor. Ini memicu serangan dari Partai Republik yang mendukung kebijakan migran lebih keras.
Dinas-dinas perbatasan AS telah menghadapi rata-rata lebih dari 2.400 migran per hari di bentangan 268 mil perbatasan yang dikenal sebagai Sektor El Paso selama seminggu terakhir. Ini berdasarkan data yang diterbitkan oleh kota itu. Jumlah itu meningkat 40 persen dibandingkan dengan Oktober.
Bahkan ketika petugas pemerintah memindahkan migran di El Paso ke kota-kota AS lainnya, tempat penampungan lokal kelebihan penghuni. Para migran terpaksa tidur di jalanan saat suhu turun di bawah titik beku.
Mario D'Agostino, Wakil Manajer Kota El Paso, mengatakan deklarasi darurat itu juga akan memberi kota itu opsi transportasi tambahan untuk mengangkut migran ke lokasi lain. Ini juga memberi bantuan tambahan dari penegakan hukum negara "untuk melindungi migran dan masyarakat luas."
Kota itu mengumumkan pada 14 Desember bahwa mereka diperkirakan menerima US$6 juta atau sekitar Rp93,69 miliar dari Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA). Dana ini untuk menyediakan makanan, tempat berlindung, dan transportasi bagi para migran.
Ketika kedatangan migran meningkat pada akhir Agustus, kota itu meluncurkan program angkutan bus yang membawa hampir 14.000 migran ke New York dan Chicago. El Paso juga menyatakan banyak warga Venezuela datang tanpa sponsor AS untuk mendanai perjalanan mereka jauh dari perbatasan.
Kota itu menghentikan program itu pada Oktober ketika pemerintahan Biden mulai mengusir warga Venezuela kembali ke Meksiko berdasarkan Titel 42. “Namun, kami dapat memulai kembali jika warga Venezuela diizinkan lagi untuk menyeberang ke El Paso,” kata D'Agostino, Kamis.
Baca juga: Anak-Anak Migran di AS Diduga Diberikan Makanan Basi
REUTERS