Protes akan Semakin Meningkat
Lee Bong-ju, kepala serikat pengemudi truk, mengatakan serikat sopir truk akan menaikkan tingkat protes mereka mulai Rabu, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Di tengah melonjaknya biaya bahan bakar, sebanyak 25.000 pengemudi truk meminta pemerintah untuk menyediakan sistem pembayaran minimum permanen yang dikenal sebagai “Tarif Pengangkutan Aman”, yang diperkenalkan sementara pada 2020 untuk sebagian kecil lebih dari 400.000 pengemudi truk.
Dalam pemogokan kedua mereka dalam waktu kurang dari enam bulan, para pengemudi truk itu melawan hawa dingin dan narasi pemerintah bahwa mereka dibayar dengan baik sebagai “bangsawan buruh”.
Yoon mengatakan pemerintah tidak akan menyerah pada tuntutan serikat pekerja dan menyamakan pemogokan itu dengan ancaman nuklir Korea Utara. Pemerintah mengatakan akan memperpanjang program saat ini selama tiga tahun lagi.
Pejabat KCTU mengatakan beberapa pekerja di sektor jasa dan konstruksi telah melancarkan "mogok solidaritas", tetapi tidak tahu berapa lama akan berlanjut.
“Dengan berada di sini, kami berharap dapat menghibur para pengemudi truk kami,” kata Park Dae-ku, seorang pekerja yang berserikat di museum sains yang dikelola pemerintah, kepada Reuters. Park mengambil cuti beberapa jam untuk bergabung dengan rapat umum di Uiwang, tetapi tidak berencana untuk mogok kerja.
Aksi demo itu telah mengganggu rantai pasokan Korea Selatan, dan merugikan negara itu 3,5 triliun won dalam pengiriman yang tertunda selama 12 hari pertama, kata kementerian industri pada hari ini.
Kerugian diperkirakan meningkat di beberapa industri, tetapi lalu lintas di pelabuhan telah sedikit meningkat menjadi 69 persen dari rata-rata sebelum pemogokan sejak perintah kembali kerja dikeluarkan, menurut pemerintah.
Baca juga: Sopir Truk Korea Selatan Kembali Mogok, Rantai Pasokan Terancam
REUTERS