TEMPO.CO, Jakarta - Demo sopir truk Korea Selatan telah menyebabkan hampir 100 pompa bensin di seluruh negeri mengalami kelangkaan BBM menurut data pemerintah.
Baca juga: Presiden Korea Selatan Ancam Menindak Sopir Truk yang Mogok
Hingga Senin sore, hampir 100 SPBU kehabisan bahan bakar. Sekitar 60 persen di antaranya berada di provinsi Seoul dan Gyeonggi, wilayah padat penduduk di dekat ibu kota, menurut data Korea National Oil Corp. Angka itu naik dari 21 SPBU yang dikatakan Kementerian Perindustrian kehabisan bahan bakar pada 29 November.
Seperti dilansir Reuters Selasa 6 Desember 2022, hal ini terjadi ketika serikat pekerja nasional Korea Selatan juga melancarkan pemogokan umum untuk mendukung para sopir truk.
Pemogokan para sopir truk atas program upah minimum, yang dimulai pada 24 November, telah melalui dua sesi negosiasi antara serikat pekerja dan pemerintah. Namun, sejauh ini belum ada kata sepakat.
Konfederasi Serikat Pekerja Korea (KCTU) mengatakan pihaknya mengadakan aksi unjuk rasa di 15 lokasi di seluruh negeri, dengan sekitar 25.000 pekerja berserikat hadir sebagai bagian dari pemogokan umum mendukung para sopir truk.
Ketika pasokan bahan bakar dan bahan bangunan menipis, pemerintah Korea Selatan meningkatkan tekanan untuk mengakhiri pemogokan. Pekan lalu, pemerintah mengeluarkan perintah "mulai bekerja" untuk memaksa 2.500 sopir truk yang mogok di industri semen agar kembali beroperasi.
Presiden Yoon Suk-yeol pada Ahad memerintahkan persiapan untuk memperluas perintah itu ke sektor-sektor seperti penyulingan minyak dan pembuatan baja, di mana kerusakan ekonomi tambahan diperkirakan terjadi.
Komisi Perdagangan Adil Korea Selatan (KFTC) mengatakan pihaknya memulai penyelidikan pekan lalu untuk menyelidiki apakah serikat pekerja truk secara tidak adil menolak untuk bekerja.
"Serikat pekerja tidak bekerja sama dalam penyelidikan," kata seorang pejabat KFTC kepada Reuters pada Selasa.
KCTU, serikat payung di mana serikat pengemudi truk berada, menyebut perintah "mulai bekerja" Presiden setara dengan darurat militer dan mengatakan pemerintah harus bernegosiasi.
Pada salah satu demonstrasinya di dekat depot peti kemas Uiwang, tempat para sopir truk yang mogok sedang berkemah, kepala KCTU Yang Kyung-soo mengatakan para pengemudi truk berada di “garis depan” untuk melindungi kehidupan dan hak-hak pekerja.
Pemimpin serikat anggota memberikan kontribusi keuangan untuk pemogokan yang sedang berlangsung oleh sopir truk.