TEMPO.CO, Jakarta - Qatar mengizinkan komunitas LGBT menonton pertandingan Piala Dunia 2022. Meski demikian, Menteri Energi Qatar Saad Sherida Al-Kaabi menegaskan Barat tak bisa mendikte warga Qatar tentang apa yang harus mereka yakini.
Baca: Cetak Sejarah, Stephanie Frappart Akan Pimpin Laga Kosta Rika vs Jerman di Piala Dunia 2022
Pernyataan Al-Kaabi terungkap saat diwawancarai surat kabar Bild Jerman. Hubungan Qatar dengan Jerman mengalami pasang surut akhir-akhir ini.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengenakan ban lengan "OneLove" pada pertandingan tim nasional melawan Jepang pekan lalu. Faeser mengkritik hak asasi manusia Qatar, tetapi pekan ini Jerman menyepakati kesepakatan untuk mengimpor gas alam cair (LNG) dari Qatar.
"Jika mereka ingin mengunjungi Qatar, kami tidak masalah dengan itu," kata Menteri Negara Urusan Energi Saad Sherida Al-Kaabi tentang komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender. Pernyataan Al-Kaabi itu diterbitkan pada Rabu.
Namun dia mengatakan Barat ingin mendikte apa yang diinginkannya ke Qatar. Di Qatar, homoseksualitas adalah ilegal. “Jika Anda ingin mengubah saya sehingga saya akan mengatakan bahwa saya percaya pada LGBTQ, bahwa keluarga saya harus menjadi LGBT, bahwa saya menerima LGBT di negara saya, bahwa saya mengubah hukum saya dan hukum Islam untuk memuaskan Barat, maka ini tidak bisa diterima," ujarnya.
Sejumlah kontroversi muncul di arena Piala Dunia 2022 yang tengah berlangsung di Qatar. Salah satunya, Qatar yang menerapkan hukum Islam ketat, melarang penggunaan ban One Love bagi kapten sepak bola.
Beberapa negara menolak peraturan tersebut dan berupaya mengenakan ban lengan (armband) selama pertandingan berlangsung. Namun, ancaman FIFA menghentikan usaha mereka.
Tuan rumah Qatar menetapkan homoseksual dan hubungan sesama jenis lain adalah hal illegal. Ban lengan One Love adalah salah satu upaya memprotes itu, juga aturan-aturan berbau ketidaksetaraan lainnya.
Simak: Ketika Pendukung Negara Arab Bersatu di Piala Dunia 2022 Qatar
REUTERS