TEMPO.CO, Jakarta - Sherpa G20 Rusia Svetlana Lukash mengklaim Leaders' Declaration atau deklarasi KTT G20 Bali menunjukkan kalau G7 tidak lagi mendominasi forum tersebut. Dia menganggap konsolidasi G7 untuk mengisolasi Rusia layaknya di forum internasional lain, telah gagal.
Menurut Lukash, masalah utama yang membutuhkan konsensus untuk mengadopsi deklarasi adalah situasi di Ukraina dan kesepakatan kesepakatan biji-bijian, termasuk gandum. Dia menggarisbawahi bahwa bahasa yang diadopsi sepenuhnya sesuai dengan kepentingan Rusia.
"Itu adalah dua elemen kunci dan pada akhirnya, dua kunci kemenangan Rusia dan ekonomi berkembang," kata Lukash dilansir TASS, Senin, 29 November 2022.
Baca juga: Presiden Yoon Rayu Tesla Dirikan Gigafactory di Korea Selatan
Presiden Joko Widodo berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat pertemuan bilateral di sela rangkaian kegiatan KTT G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin 14 November 2022. Achmad Ibrahim/Pool via REUTERS
Seperti telah diperkirakan para analis, isu Ukraina mendominasi KTT G20. Menurut deklarasi tersebut, G20 menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas risiko ketahanan pangan global yang ditimbulkan oleh naiknya ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Leaders' Declaration setebal 17 halaman itu, menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina. Anggota G20 juga menuntut penarikan pasukan Rusia secara penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.
Dalam deklarasi tersebut ditegaskan G20 memang bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan. Kendati demikian, anggota G20 mengakui masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global.
"Dokumen itu memang berisi kecaman, tetapi bukan terhadap Rusia, tetapi perang itu sendiri. Deklarasi Bali mengakui adanya perbedaan pendapat baik mengenai konflik di Ukraina maupun mengenai peran sanksi," Lukash.
Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada dan sekutu lainnya memang kompak mendesak supaya perwakilan Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, tidak mengambil bagian di forum ekonomi tersebut.
Pada acara puncak KTT G20 dua pekan lalu, Presiden Putin memilih tidak hadir dan menunjuk Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk mewakilinya di forum itu. Ketegangan geopolitik tetap membayangi sidang yang digelar di hotel mewah yang ada di Badung, di mana fokus presidensi Indonesia adalah pemulihan ekonomi paska-pandemi dengan agenda prioritas di bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi.
TASS
Baca juga: Dipuji Khameni karena Hadapi Demo dengan Kekerasan, Inilah Pasukan Basij
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.