TEMPO.CO, Jakarta - Legenda sepak bola Iran Ali Daei pada Senin, 28 November 2022, mengatakan dia menjadi sasaran ancaman setelah mendukung protes yang sedang berlangsung di Iran.
Baca: Iran Ancam Keluarga Timnas Piala Dunia 2022 karena Lagu Kebangsaan
Daei, yang 109 golnya di level internasional sudah lama tak tertandingi sampai diambil alih oleh Cristiano Ronaldo, bermain dalam timnas Iran saat mengalahkan Amerika Serikat 2-1 pada Piala Dunia 1998.
Seperti dilaporkan Al Arabiya yang mengutip AFP, Dia memutuskan tidak pergi ke Piala Dunia 2022 Qatar karena tindakan keras mematikan otoritas Iran terhadap para pengunjuk rasa.
"Saya telah menerima banyak ancaman terhadap diri saya dan keluarga saya dalam beberapa bulan lalu dan hari-hari terakhir dari beberapa organisasi, media, dan individu tak dikenal," kata Daei dalam sebuah pernyataan di Instagram.
“Saya diajari kemanusiaan, kehormatan, patriotisme, dan kebebasan. Apa yang ingin Anda capai dengan ancaman seperti itu?” dia menambahkan.
Dalam unggahan tersebut, Daei juga menyerukan pembebasan tanpa syarat terhadap tahanan yang ditangkap dalam tindakan keras terhadap protes.
Pada awal bulan ini, Daei mengatakan tidak akan bepergian ke Qatar untuk Piala Dunia, meskipun mendapat undangan dari penyelenggara. Dia mengatakan ingin bersama rekan senegaranya dan mengungkapkan simpati kepada semua orang yang telah kehilangan orang yang dicintai dalam tindakan keras yang sedang berlangsung.
Komentarnya itu muncul di saat Iran bersiap menghadapi Amerika Serikat pada hari Selasa. Ini merupakan ulangan pertarungan tahun 1998.
Ada pengawasan ketat terhadap sepak bola saat protes berlanjut di Iran, yang merupakan tantangan terbesar bagi rezim sejak Revolusi Islam 1979.
Pihak berwenang Iran dilaporkan telah menyita paspor Daei ketika kembali ke Iran pada pekan-pekan awal protes tetapi kemudian dikembalikan.
Pesepak bola Iran terkemuka asal Kurdi, Voria Ghafouri, yang terang-terangan mendukung protes, ditangkap pekan lalu. Media Iran melaporkan dia telah dibebaskan dengan jaminan.
Namun kelompok hak asasi Kurdi yang berbasis di Norwegia, Hengaw, membantah laporan itu dan menyatakan Ghafouri telah dipindahkan dari barat Iran ke penjara di Teheran.
Protes yang meluas di Iran dipicu oleh kematian Mahsa Amini. Perempuan Kurdi Iran berusia 22 tahun itu tewas dalam tahanan polisi moral pada 16 September lalu, tiga hari setelah penangkapannya saat mengunjungi Teheran bersama adik laki-lakinya.
Baca: Jenderal Iran Mengakui Lebih dari 300 Orang Tewas Selama Protes
AL ARABIYA