TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya empat orang tewas dalam serangan milisi Al-Shabab yang mengepung sebuah hotel populer di ibu kota Somalia, Mogadishu, semalam. Hal ini diungkapkan seorang pejabat badan keamanan, Senin 28 November 2022.
Baca juga: Al Shabaab Menyerang Hotel yang Digunakan Pejabat Somalia
Tembakan dan ledakan masih terdengar lebih dari 12 jam setelah militan menyerbu hotel di dekat istana presiden dengan hujan peluru.
Mohamed Dahir, seorang pejabat dari badan keamanan nasional, mengatakan orang-orang bersenjata itu bersembunyi di sebuah ruangan di Villa Rose yang dikelilingi oleh pasukan pemerintah.
"Sejauh ini kami telah mengkonfirmasi kematian empat orang," katanya, seraya menambahkan bahwa yang lainnya telah diselamatkan dari lokasi yang terkepung. “Sebentar lagi situasinya akan kembali normal.”
Pejabat pemerintah termasuk dalam korban terluka, tambahnya.
Villa Rose sering dikunjungi oleh anggota parlemen dan terletak di bagian tengah ibu kota yang aman, hanya beberapa blok dari kantor Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud.
Al-Shabab, kelompok militan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda yang berusaha menggulingkan pemerintah pusat Somalia selama 15 tahun, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Polisi mengatakan orang-orang bersenjata itu bergegas masuk ke hotel di distrik Bondhere sekitar pukul 20:00 pada Minggu, dan operasi sedang dilakukan untuk "menghilangkan" mereka.
Lebih dari 12 jam kemudian, saksi di dekat tempat kejadian menjelaskan masih mendengar ledakan keras dan tembakan. "Saya melihat beberapa kendaraan militer dengan pasukan khusus menuju hotel, dan beberapa menit kemudian, terjadi tembakan dan ledakan hebat," kata saksi lokal Mahad Yare.
Dalam sebuah pernyataan Minggu malam, Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS), pasukan militer berkekuatan 20.000 orang yang ditarik dari seluruh benua, memuji tanggapan keamanan yang "cepat" terhadap serangan itu.
Di situs webnya, Villa Rose menggambarkan hotel tersebut sebagai "pengaturan penginapan paling aman di Mogadishu" dengan detektor logam dan tembok pembatas yang tinggi.
Al-Shabab telah mengintensifkan serangan terhadap sasaran sipil dan militer karena pemerintah Somalia yang baru-baru ini terpilih telah menerapkan kebijakan "perang habis-habisan" melawan kaum Islamis.
Pasukan keamanan, yang didukung oleh milisi lokal, ATMIS, dan serangan udara AS, telah mengusir Al-Shabab dari bagian tengah negara itu dalam beberapa bulan terakhir, tetapi serangan tersebut telah menuai balasan.
Pada 29 Oktober, dua mobil yang penuh dengan bahan peledak meledak beberapa menit di Mogadishu diikuti dengan tembakan, menewaskan sedikitnya 121 orang dan melukai 333 lainnya. Itu adalah serangan paling mematikan di negara Tanduk Afrika itu dalam lima tahun.
Sedikitnya 21 orang tewas dalam pengepungan di sebuah hotel Mogadishu pada Agustus lalu yang berlangsung 30 jam sebelum pasukan keamanan mampu mengalahkan milisi di dalamnya.
PBB mengatakan awal bulan ini bahwa setidaknya 613 warga sipil telah tewas dan 948 terluka dalam kekerasan tahun ini di Somalia, sebagian besar disebabkan oleh alat peledak rakitan yang dikaitkan dengan Al-Shabab. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2017 dan naik lebih dari 30 persen dari tahun lalu.
Baca juga: Dua Bom Mobil Meledak di Somalia, 100 Tewas dan 300 Orang Terluka-luka
ARAB NEWS