TEMPO.CO, Jakarta - Pengunjuk rasa China menggunakan lembaran kertas kosong untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas pembatasan COVID-19, dalam aksi protes langka dan meluas di sejumlah kota dan universitas terkemuka China.
Baca juga: Shanghai Memperketat Pengamanan setelah Protes Antipembatasan Covid-19
Gambar dan video yang beredar secara online menunjukkan mahasiswa dari universitas di kota-kota termasuk Nanjing dan Beijing, memegang kertas kosong sebagai protes diam-diam. Taktik ini digunakan untuk menghindari penyensoran atau penangkapan.
China berpegang pada kebijakan nol-COVID yang keras, bahkan ketika sebagian besar dunia mencoba hidup berdampingan dengan virus corona.
Gelombang kemarahan terbaru dipicu oleh kebakaran apartemen yang menewaskan 10 orang pada Kamis pekan lalu di Urumqi, Xinjiang. Para korban tewas adalah bagian dari warga yang menjalani isolasi selama 100 hari. Hal ini memicu spekulasi bahwa tindakan penguncian COVID-19 mungkin telah menghambat pelarian para korban sehingga menyebabkan kematian mereka.
Di Shanghai, kerumunan yang mulai berkumpul pada Sabtu malam untuk menyalakan lilin bagi para korban Urumqi, mengangkat kertas kosong menurut para saksi.
Lembaran kertas serupa terlihat dipegang oleh orang-orang pada pertemuan Ahad di halaman Universitas Tsinghua yang bergengsi di Beijing. Kertas kosong juga diangkat demonstran di sepanjang Jalan Lingkar ke-3 ibu kota China dekat Sungai Liangma.
"Kertas putih itu mewakili semua yang ingin kami katakana, tetapi tidak bisa kami katakan," kata Johnny, 26 tahun, yang ikut serta dalam salah satu unjuk rasa di Sungai Liangma.
"Saya datang ke sini untuk memberikan penghormatan kepada para korban kebakaran. Saya sangat berharap kami dapat mengakhiri semua tindakan COVID ini. Kami ingin hidup normal kembali. Kami ingin memiliki martabat."
Satu video yang dibagikan secara luas dikatakan berasal dari Sabtu, yang tidak dapat diverifikasi secara independen, menunjukkan seorang wanita berdiri sendirian di tangga Universitas Komunikasi China di kota Nanjing dengan selembar kertas. Kemudian, seorang pria tak dikenal masuk ke lokasi dan merenggutnya.
Gambar lain menunjukkan lusinan orang lain kemudian menuju ke universitas dengan lembaran kertas kosong yang diterangi langit malam oleh senter dari ponsel mereka.
Seorang pria kemudian terlihat menegur kerumunan atas protes mereka. "Suatu hari Anda akan membayar semua yang Anda lakukan hari ini," katanya, dalam video yang dilihat oleh Reuters.
"Negara juga harus membayar harga atas apa yang telah dilakukannya," teriak orang-orang di kerumunan.
Protes tatap muka yang meluas jarang terjadi di China, di mana ruang untuk perbedaan pendapat telah dihilangkan di bawah Presiden Xi Jinping. Hal ini memaksa sebagian besar warga untuk curhat di media sosial di mana mereka bermain permainan kucing-dan-tikus dengan sensor.
Di Hong Kong pada 2020, para aktivis juga mengangkat lembaran kertas putih kosong sebagai protes untuk menghindari slogan-slogan yang dilarang berdasarkan undang-undang keamanan nasional kota yang baru. Aturan itu diberlakukan setelah protes besar-besaran dan terkadang disertai kekerasan pada tahun sebelumnya. Demonstran di Moskow juga menggunakannya tahun ini untuk memprotes perang Rusia dengan Ukraina.
Baca juga: Pengunjuk Rasa anti-Pembatasan Covid di China Sindir Xi Jinping sebagai Kaisar
CHANNEL NEWSASIA